Saat anak menjalani terapi psikologi atau psikoterapi, perhatian dan dukungan dari orang tua sangat penting, lho. Peran orang tua diperlukan supaya anak tetap merasa nyaman dan keberhasilan terapi pun bisa semakin tinggi. Lantas, seperti apa cara mendampingi anak saat menjalani psikoterapi?
Terapi psikologi kerap diberikan untuk membantu anak melewati masa-masa sulit akibat permasalahan dalam dirinya maupun dari lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang, seperti keluarga, tetangga, dan sekolah.
Selain itu, perawatan ini juga diperlukan bagi anak yang terdiagnosis gangguan atau penyakit mental, seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD), ADHD, gangguan makan, OCD, depresi, dan pada korban kekerasan anak atau bullying.
Jenis terapi psikologis pada anak pun ada bermacam-macam, bisa berupa terapi perilaku kognitif, terapi bermain, terapi interpersonal, terapi keluarga, atau terapi psikodinamika.
Dampingi Anak Menjalani Terapi Psikologi dengan Cara Ini
Orang tua akan dilibatkan dalam proses psikoterapi anak. Bahkan, terapis biasanya membuat jadwal khusus untuk melakukan tanya jawab dengan orang tua. Peran orang tua dibutuhkan agar terapis bisa memahami lebih jauh masalah yang terjadi dan mengetahui lebih detail bagaimana karakter anak.
Sebagai orang tua, Bunda dan Ayah harus berperan aktif dalam mendampingi Si Kecil menjalani terapi psikologi, ya. Caranya seperti berikut ini:
1. Temani anak saat jadwal terapi
Bunda dan Ayah sebaiknya luangkan waktu untuk menemani Si Kecil mengunjungi terapis. Datanglah tepat waktu dan hindari mengingkari janji dengan Si Kecil, ya. Jangan sampai ia merasa sendirian dalam menghadapi masa sulit ini.
Selain itu, pastikan Bunda dan Ayah berkomunikasi secara aktif dan jujur dengan terapis. Sampaikan secara detail perubahan dan perkembangan apa pun yang terjadi pada Si Kecil.
2. Terapkan komunikasi aktif dengan anak
Nggak hanya aktif berkomunikasi dengan terapis saja, Bunda dan Ayah juga perlu sering ngobrol dengan Si Kecil. Tanyakan padanya bagaimana sesi terapi berlangsung. Dengan begitu, Bunda dan Ayah dapat melihat perkembangan kondisi yang terjadi pada Si Kecil usai menjalani terapi.
Bunda dan Ayah juga bisa menanyakan apa yang sedang ia rasakan setiap harinya atau memintanya untuk bercerita tentang hal-hal yang membuatnya merasa sedih atau marah. Namun, apabila ia butuh waktu untuk sendiri, jangan paksa ia bercerita, ya. Biarkan Si Kecil menenangkan pikiran dan perasaannya dahulu.
3. Jadilah pendengar yang baik
Menjadi pendengar yang baik merupakan unsur penting untuk membantu keberhasilan psikoterapi anak, lho. Oleh karena itu, saat Si Kecil mulai bercerita, sebisa mungkin hentikan aktivitas yang sedang Bunda atau Ayah lakukan dan fokuslah mendengarkannya.
Berikan juga respons baik yang dapat menandakan kepada Si Kecil bahwa Bunda dan Ayah benar-benar mendengarkannya, seperti tersenyum, memberikan pujian, atau memeluk.
Selain itu, kalau Si Kecil masih belum mampu menyampaikan ceritanya dengan jelas, seperti menggunakan kalimat yang sulit dipahami atau mengulang-ulang cerita, tetap sabar dan jangan marah, ya.
4. Hindari menghakimi anak
Hindari menasehati berlebihan, mengomeli, mengkritik, atau menghakimin Si Kecil. Kalau ingin memberikan teguran atau saran, sampaikanlah dengan nada yang lembut saat anak sudah selesai bercerita.
Sebagai contoh, Si Kecil bercerita jika saat berkonsultasi dengan terapis ia masih malu mengatakan apa yang ia rasakan. Coba deh tunjukkan rasa empati dengan tersenyum dan berkata, “Nggak apa-apa, sayang. Kalau kamu masih malu, cerita sama Bunda dulu sini. Minggu depan kita coba lagi bertemu Bu Dokter, ya.”
Setelahnya, Bunda dan Ayah bisa menjelaskan dengan kalimat sederhana kepada Si Kecil tentang alasan ia perlu menjalani psikoterapi. Pastikan Si Kecil paham jika terapi dapat mengusir kekhawatiran serta emosi yang ia rasakan.
5. Hindari memaksa anak
Jangan terlalu memaksa Si Kecil untuk mengikuti sesuatu yang disarankan oleh terapis saat itu juga, ya. Ia tentu perlu waktu untuk memahami perawatan yang sedang dijalaninya. Jadi, biarkan Si Kecil melakukan apa yang sudah ia pahami dari sesi terapi.
Bunda dan Ayah juga nggak perlu mengarahkan terapis untuk memberi tahu anak tentang apa yang menurut Bunda dan Ayah perlu dilakukan. Percaya deh, para terapis tentu sudah mengerti dan paham bagaimana harus bersikap.
Mendampingi anak menjalani terapi psikologi memang bukan perkara yang mudah. Namun, Bunda dan Ayah harus sabar, ya. Kehangatan dan kenyamanan kalian sangat diperlukan supaya Si Kecil lebih semangat menjalani perawatan terapi.
Bila Bunda dan Ayah masih memiliki pertanyaan terkait cara mendampingi anak menjalani psikoterapi atau mendapati anak memiliki masalah psikologis, sebaiknya segera konsultasikan dengan psikolog atau psikiater agar masalah anak dapat ditangani dengan tepat.