Komentar ‘Kamu kok kurusan?’ atau ‘Keliatannya berat badanmu nambah ya?’ dijadikan sebagai salah satu basa-basi dalam percakapan atau bentuk perhatian kita kepada orang lain. Tapi apakah benar hal tersebut adalah bentuk perhatian? Atau jangan-jangan kita sedang melakukan body shaming?
Body shaming adalah perilaku menjelek-jelekkan penampilan orang lain, atau membanding-bandingkan kondisi fisik seseorang dengan orang lain. Tidak hanya dari orang lain, perlakukan body shaming juga bisa kita dapatkan dari diri sendiri, yaitu ketika kita memberikan cap atau komentar negatif kepada penampilan fisik kita.
Dampak Body Shaming
Body shaming tentu akan menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan pada korbannya. Ketika mendapat perlakuan body shaming, korban akan merasa malu terhadap kondisi tubuhnya dan merasa bahwa bentuk tubuhnya jelek sehingga perlu diperbaiki.
Sebagai contoh, jika korban merasa tubuhnya gemuk, dia akan melakukan berbagai cara untuk menurunkan berat badan, mulai dari menahan makan, memuntahkan makanan yang sudah dimakan, atau menggunakan obat pencahar. Kondisi ini termasuk gangguan mental yang memerlukan penanganan lebih lanjut dari psikolog atau psikiater.
Tidak hanya berdampak kepada korban, tindakan body shaming juga bisa berdampak kepada pelaku. Saat mengkritik penampilan orang lain, pelaku merasa lebih baik daripada korban dan hal ini bisa menjadi bumerang bagi dirinya.
Ketika seseorang menilai tubuh orang lain gemuk, dia akan merasa dirinya langsing dan tidak perlu menjaga berat badan, sehingga tanpa sadar dia menjadi lebih rentan mengalami kenaikan berat badan. Atau sebaliknya, sangat khawatir dirinya akan menjadi gemuk dan berbalik dikatai orang, sehingga menjalani diet berlebihan secara tidak sehat.
Tips Menghadapi Perlakuan Body Shaming
Bagi sebagian orang, mengomentari penampilan kolega atau orang lain merupakan suatu hal yang wajar, tanpa ada maksud apapun. Namun, menjadi sasaran komentar tersebut memang tidak menyenangkan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengurangi perasaan malu, setelah menerima perlakuan body shaming:
1. Berlatih untuk mensyukuri kondisi diri sendiri
Selalu ada sesuatu pada diri kita yang patut kita syukuri, misalnya daya pikir dan kreativitas yang tinggi, pembawaan diri yang menyenangkan, bakat di bidang tertentu, atau kesehatan yang memampukan kita menjalani hidup dengan produktif.
Dengan berfokus pada hal-hal yang positif dalam diri kita, rasa syukur pun akan tumbuh, sehingga kita dapat menerima dan mencintai diri sendiri.
2. Menyadari dan menerima kekurangan pada diri sendiri
Bertubuh kurus, berkulit gelap, atau berambut keriting bukanlah sesuatu yang negatif. Jadi berhentilah membuat hal-hal tersebut menimbulkan kesan negatif dalam diri sendiri (inner bully), karena akan membuat Anda jadi tidak percaya diri akibat sesuatu yang sebenarnya tidak penting.
Jika memang hal-hal tersebut dapat diperbaiki, maka lakukanlah sesuatu untuk memperbaikinya. Jadikan perasaan negatif tersebut sebagai pemicu motivasi. Namun bila tidak dapat diperbaiki, belajarlah untuk menerimanya sebagai bagian dari diri Anda. Kembangkan potensi lain yang mampu menutupi kekurangan Anda tersebut.
3. Ciptakan inner supporter untuk melawan inner bully
Tanamkan kata-kata yang menjadi penguat bagi diri sendiri, misalnya ‘saya cantik’ atau ‘saya seksi’. Makin sering kata-kata ini diulang, Anda akan makin memercayainya. Dengan begitu, Anda tidak akan memperdulikan perlakuan body shaming yang Anda terima dari orang lain terhadap kondisi fisik Anda.
Ingat, apa yang Anda pikirkan tentang diri sendiri lebih penting daripada apa yang orang lain pikirkan tentang Anda. Jangan biarkan pendapat orang lain mengenai satu hal kecil pada tubuh Anda melumpuhkan potensi besar di dalam diri Anda.
4. Mengubah pola pikir terhadap diri sendiri
Jika seseorang meyakini bentuk tubuhnya atau kondisi fisiknya buruk, maka informasi yang mengatakan sebaliknya tidak akan diproses oleh otak. Oleh karena itu, ubahlah dahulu pola pikir dan pendapat Anda terhadap diri sendiri.
Makin Anda yakin diri Anda buruk, makin mudah tindakan body shaming menimbulkan dampak negatif pada diri Anda, dan makin sulit Anda menerima pujian atau kata-kata positif dari orang lain.
5. Selektif terhadap pesan di media sosial
Penggunaan media sosial turut berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap body shaming. Oleh karena itu, pilihlah pesan positif di media sosial, ikutilah akun yang mempopulerkan ajakan untuk menerima, menghargai, dan mencintai diri sendiri.
Hindari akun-akun yang menonjolkan pentingnya penampilan fisik dibandingkan kualitas diri yang lain. Apalagi yang memang mengandung ejekan atau lelucon mengenai kondisi fisik seseorang.
Orang yang merasa malu dengan kondisi tubuhnya cenderung akan bersembunyi dan menghindari tampil di depan umum atau berinteraksi dengan orang banyak. Hal ini tentunya akan mengganggu kehidupan sosial, bahkan produktivitas kerja dan prestasi di sekolah.
Bila Anda menjadi korban body shaming, bentengilah diri Anda dengan rasa percaya dan bangga pada diri sendiri. Dengan begitu, ejekan dari orang lain tidak akan menyakiti dan membuat Anda menjadi rendah diri. Namun jika Anda tidak dapat mengatasinya sendiri, cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog.
Sebaliknya, bila Anda sering melakukan tindakan body shaming, meskipun tanpa Anda sadari, hentikanlah kebiasaan ini, sebab dampak negatifnya bukan hanya pada orang lain, namun juga pada diri Anda sendiri.
Ditulis oleh:
Sandra Handayani Sutanto, M.Psi, Psikolog.
(Psikolog Anak)