Tuberkulosis kulit adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang kulit. Bakteri ini bisa masuk melalui pernapasan maupun kulit yang sedang mengalami luka. Hal ini bisa didapatkan dari kontak langsung dengan penderita TBC atau menyentuh benda yang sudah terkontaminasi bakteri.
Tuberkulosis kulit (TBC kulit) atau secara medis disebut skrofuloderma umumnya ditandai dengan kelenjar getah bening yang membengkak, kemerahan, dan disertai nanah. Penyakit langka ini bisa dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.
Meski termasuk penyakit langka, TBC kulit tetap dapat diobati. Pengobatannya tentu perlu dilakukan dengan tepat dan rutin agar bakteri penyebab penyakit ini dapat dibasmi sepenuhnya.
Tuberkulosis Kulit dan Penyebabnya
Tuberkulosis kulit adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan jenis yang sama dengan bakteri penyebab tuberkulosis paru.
Bakteri tuberkulosis umumnya masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan. Seiring berjalannya waktu, bakteri ini bisa menyebar ke kulit melalui aliran darah atau kelenjar getah bening sehingga memicu terjadinya tuberkulosis kulit.
Selain itu, bakteri tuberkulosis bisa saja langsung menyerang kulit. Hal ini terjadi ketika bakteri masuk melalui kulit yang sedang luka.
Ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan terkena tuberkulosis kulit, seperti:
1. Penderita HIV
Penderita HIV adalah faktor risiko utama tuberkulosis kulit. Hal ini dimungkinkan karena HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Saat sistem kekebalan tubuh melemah, bakteri penyebab tuberkulosis dapat berkembang di dalam tubuh dengan lebih cepat.
Selain itu, penderita HIV juga lebih memungkinkan untuk mengembangkan bakteri TBC aktif dibandingkan dengan orang tanpa infeksi HIV.
2. Penderita autoimun
Autoimun dapat menjadi faktor risiko tuberkulosis kulit. Penyakit autoimun terjadi ketika respon imun tidak teratur dengan baik dan malah menyerang sel-sel sehat di dalam tubuh.
Saat imun tidak berfungsi secara optimal, maka bakteri yang masuk ke dalam tubuh pun tidak dapat dikendalikan sehingga berpotensi menimbulkan infeksi, termasuk infeksi tuberkulosis.
3. Penderita diabetes
Penderita diabetes umumnya memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga empat kali lipat lebih berisiko terkena infeksi tuberkulosis. Begitu juga sebaliknya, tuberkulosis dapat memperburuk kontrol gula darah pada pasien diabetes.
Selain itu, diabetes bisa menimbulkan komplikasi berupa gangguan pada pembuluh darah kecil, seperti neuropati diabetik dan retinopati diabetik. Hal ini akan memudahkan perkembangan bakteri penyebab tuberkulosis di dalam tubuh.
4. Menyalahgunakan zat tertentu
Orang yang menyalahgunakan zat tertentu, seperti alkohol dan obat intravena, memiliki risiko terkena infeksi tuberkulosis yang lebih tinggi. Selain dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, alkohol juga bisa mengurangi efektivitas obat, terutama obat utama untuk tuberkulosis, yakni isoniazid.
Selain faktor risiko di atas, terdapat beberapa hal lain yang bisa meningkatkan risiko terkena infeksi tuberkulosis, seperti anak di bawah umur, orang dewasa di atas 65 tahun, penderita asma, dan penderita leukimia.
Tuberkulosis Kulit dan Penanganannya
Penanganan tuberkulosis kulit sebenarnya sama dengan penanganan tuberkulosis paru, yaitu pemberian beberapa kombinasi obat-obatan, seperti isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan ethambutol
Secara umum, ada dua fase dalam pengobatan tuberkulosis, yaitu:
- Fase awal atau fase intensif untuk melemahkan bakteri penyebab tuberkulosis kulit
- Fase lanjutan atau fase sterilisasi untuk membasmi bakteri sepenuhnya
Pada fase awal, bakteri sebenarnya sudah tidak dapat ditularkan, tetapi pengobatan masih harus terus berjalan untuk menghilangkan infeksi akibat bakteri. Fase ini biasanya membutuhkan waktu selama 8 minggu.
Sementara itu, fase lanjutan biasanya berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 9–12 bulan. Fase ini dirancang untuk membasmi bakteri yang tersisa hingga tubuh steril dari bakteri tersebut. Meski begitu, keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung pada imunitas tubuh dan kesehatan pasien secara umum.
Perlu diingat bahwa Anda harus mengonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran dari dokter. Hal Ini penting untuk mencegah bakteri Mycobacterium tuberculosis kebal dari antibiotik akibat pengobatan yang tidak disiplin.
Selain melakukan pengobatan, tidak kalah penting bagi Anda untuk melakukan berbagai upaya pencegahan. Ada beberapa upaya pencegahan yang dapat Anda lakukan, yaitu:
- Melakukan vaksinasi BCG
- Tidak melakukan kontak langsung dengan penderita TBC
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Memenuhi asupan gizi dan nutrisi
- Berolahraga secara rutin
Tuberkulosis kulit lebih sering terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Oleh karena itu, melakukan upaya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh juga dapat mencegah tuberkulosis kulit.
Tak hanya itu, upaya mencegah penyebaran bakteri juga penting untuk diperhatikan agar tidak mudah ditularkan kepada orang lain.
Penting untuk diingat, pengobatan tuberkulosis kulit tergantung pada kondisi kesehatan dan seberapa disiplin Anda dalam menjalankan rangkaian pengobatan. Oleh karena itu, ikuti arahan dokter selama proses pengobatan berlangsung agar pemulihan berjalan secara optimal.