Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang ditandai dengan nyeri dan gatal, serta keputihan berbau amis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui penyebabnya agar langkah pencegahan bisa dilakukan.
Vaginitis bisa terjadi pada wanita dari segala usia. Namun, wanita muda yang aktif secara seksual lebih rentan mengalaminya. Vaginitis menyebabkan keputihan yang berbau tidak sedap, gatal di area vagina, atau nyeri saat berhubungan seks.
Apabila tidak ditangani dengan tepat, vaginitis bisa menimbulkan komplikasi berupa radang panggul. Bila dialami oleh ibu hamil, vaginitis dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran, ketuban pecah dini, kelahiran prematur, dan infeksi cairan ketuban.
Berbagai Penyebab Vaginitis
Infeksi bakteri merupakan penyebab paling umum terjadinya vaginitis. Tidak hanya itu, penyebab terjadinya penyakit ini bisa bervariasi sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda.
Berikut ini adalah berbagai jenis dan penyebab vaginitis:
1. Vaginosis bakterialis
Di dalam vagina normalnya terdapat bakteri baik dan bakteri jahat dengan kadar yang seimbang. Namun, pertumbuhan bakteri jahat yang lebih cepat daripada bakteri baik dapat menyebabkan infeksi. Kondisi inilah yang akhirnya menyebabkan vaginitis.
2. Infeksi jamur
Jamur Candida normal hidup di tubuh manusia, termasuk di dalam vagina. Namun, pertumbuhan jamur Candida yang berlebihan di dalam vagina dapat menyebabkan vaginitis.
Infeksi jamur vagina dapat menimbulkan gatal dan perih pada vagina, rasa tidak nyaman saat berhubungan seks atau saat buang air kecil, dan keputihan berwarna putih dan bertekstur kental.
3. Trikomoniasis
Infeksi menular seksual, seperti trikomoniasis, disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini menular melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terinfeksi dan menyebabkan peradangan pada alat kelamin.
Pada wanita, penyakit ini dapat menyebabkan keputihan yang berbau menyengat, gatal dan kemerahan pada vagina, hingga nyeri saat berhubungan seksual. Selain trikomoniasis, beberapa penyakit menular seksual lainnya, seperti klamidia dan gonore, juga bisa menyebabkan vaginitis.
4. Reaksi alergi atau Iritasi
Vaginitis juga bisa terjadi akibat reaksi alergi atau iritasi pada vagina. Alergi atau iritasi tersebut bisa disebabkan oleh penggunaan produk berbahan kimia, seperti sabun pembersih vagina yang mengandung pewangi dan tisu khusus area kewanitaan.
Terlalu sering menggunakan produk-produk tersebut bisa meningkatkan risiko terjadinya vaginitis.
5. Atrofi vagina
Atrofi vagina adalah penipisan dinding vagina akibat menurunnya kadar hormon estrogen. Kondisi ini umumnya terjadi setelah masa menopause.
Atrofi vagina dapat menimbulkan beberapa gangguan pada vagina, seperti gatal, rasa seperti terbakar, dan nyeri saat berhubungan intim.
Gejala Vaginitis
Keputihan kental yang berwarna dan berbau tidak sedap adalah gejala vaginitis yang umum terjadi. Selain itu, vaginitis juga dapat menimbulkan berbagai gejala lain, tergantung pada penyebabnya.
Berikut ini adalah beberapa gejala vaginitis:
- Gatal di area vagina
- Kemerahan atau kehitaman dan nyeri di sekitar vagina
- Perdarahan atau muncul bercak darah dari vagina
- Nyeri saat buang air kecil dan berhubungan seks
- Anyang anyangan
Cara Mencegah Vaginitis
Berhubungan seksual secara aman, misalnya tidak bergonta-ganti pasangan seksual dan menggunakan kondom, merupakan cara utama untuk mencegah vaginitis. Selain itu, ada beberapa cara lain untuk mencegah vaginitis yang bisa dilakukan, seperti:
- Hindari penggunaan sabun atau cairan pembersih kewanitaan untuk membersihkan area vagina, sebaiknya cukup gunakan air hangat.
- Basuh organ intim dari arah depan ke belakang untuk mencegah perpindahan bakteri dari anus ke vagina.
- Gunakan pakaian dalam yang longgar dan terbuat dari katun untuk penyerapan keringat yang lebih baik di area kemaluan.
- Setelah berenang atau melakukan aktivitas yang membuat celana dalam basah, segera ganti dengan celana dalam yang kering.
Meskipun dapat diobati, akan lebih baik jika vaginitis dicegah dengan melakukan cara-cara pencegahannya seperti yang sudah disebutkan di atas. Namun, jika kamu memiliki gejala-gejala vaginitis, sebaiknya konsultasikan dengan dokter ya. Dengan begitu, dokter bisa memberikan penanganan yang tepat, sesuai dengan penyebabnya.