Vaksin MMR diberikan agar tubuh terlindungi dari penyakit campak, gondongan, dan rubella. Namun, pemberian vaksin ini tidak luput dari kontroversi karena dipercaya dapat menyebabkan anak mengalami autisme. Benarkah demikian? Yuk, cari tahu faktanya di sini.
Vaksin MMR mengandung virus penyebab penyakit campak, gondongan, dan rubella yang telah dilemahkan. Vaksin ini dianjurkan untuk diberikan ke seluruh golongan usia, terutama anak-anak dan orang dewasa yang belum pernah mendapatkannya.
Pemberian Vaksin MMR
Vaksin MMR diberikan sebanyak 2 kali. Dosis pertama saat anak berusia 12–18 bulan dan dosis kedua saat anak berusia 5 tahun. Vaksin ini biasanya diberikan dengan cara disuntikkan ke bagian otot lengan atas atau paha.
Tujuan dari pemberian vaksin MMR adalah memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi agar nantinya siap melawan virus rubella, campak, dan gondongan yang masuk ke dalam tubuh.
Vaksin MMR umumnya hanya menimbulkan efek samping ringan, tidak berlangsung lama, dan bisa ditangani secara mandiri di rumah. Efek samping yang sering muncul berupa kemerahan di bagian tubuh yang disuntik atau demam.
Pada kasus yang sangat jarang terjadi, vaksin MMR dapat menimbulkan reaksi alergi pada sebagian anak yang sensitif terhadap bahan-bahan di dalamnya. Reaksi tersebut dapat berupa ruam kemerahan di kulit, muntah, atau sesak napas.
Oleh karena itu, pemberian vaksin MMR perlu dilakukan oleh petugas medis agar orang tua bisa mendapatkan informasi terkait penanganan reaksi setelah vaksinasi dengan tepat dan mengetahui kapan harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan kembali.
Fakta Vaksin MMR Menyebabkan Autisme
Isu mengenai vaksin MMR dapat menyebabkan autisme pertama kali dikemukakan oleh peneliti asal Inggris pada tahun 1998. Pernyataan tersebut memancing kepanikan di tengah masyarakat, sehingga berbagai penelitian dilakukan untuk mendapatkan kebenaran terkait hubungan vaksin MMR dan autisme.
Sebuah penelitian terbesar pun dilakukan pada tahun 2019 dengan melibatkan hampir 660 ribu anak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa vaksin MMR tetap aman dan tidak sama sekali menyebabkan autisme.
Hingga saat ini, tidak ditemukan bukti sama sekali terkait potensi penyakit autisme akibat vaksin MMR. Jadi, perlu ditegaskan bahwa vaksin MMR bukanlah penyebab dari autisme.
Anak yang menunjukkan gejala autisme setelah vaksinasi MMR bisa saja terjadi secara kebetulan. Artinya, anak memang sudah memiliki kemungkinan autisme sebelum vaksinasi.
Hanya saja, gejala khas autisme baru dikenali setelah vaksinasi sehingga membuat seolah-olah vaksin yang menyebabkan autisme.
Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Menerima Vaksin MMR
Agar para orang tua tidak lagi khawatir, disarankan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai kandungan yang terdapat pada vaksin MMR.
Selain itu, orang tua juga harus aktif dalam mencari tahu dan memberikan informasi ke dokter mengenai riwayat kesehatan anak, orang tua, dan keluarga, sebelum vaksinasi dilakukan.
Untuk beberapa kondisi, misalnya saat anak sakit flu, pemberian vaksin MMR perlu ditunda sampai kondisi anak pulih dan sehat kembali agar vaksinasi lebih nyaman serta aman.
Tak hanya itu, ada juga kondisi lain yang perlu mendapat pemeriksaan dokter terlebih dahulu sebelum anak menerima vaksin MMR, misalnya anak memiliki riwayat penyakit autoimun atau pernah mengalami reaksi alergi berat.
Vaksin MMR bertujuan untuk melindungi tubuh dari penyakit campak, gondongan, dan rubella serta komplikasinya. Jangan sampai kontroversi atau isu belaka justru membuat para orang tua enggan memberikan vaksin kepada anak.
Jika Anda masih khawatir dengan efek samping dari vaksin MMR terhadap Si Kecil, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Dengan begitu, rasa cemas dapat berkurang dan Si Kecil pun bisa mendapatkan perlindungan yang optimal.