Vasektomi bisa menjadi pilihan kontrasepsi yang aman untuk pria. Namun, metode ini terkadang menimbulkan keresahan pada sebagian pria, karena dikhawatirkan akan memengaruhi kualitas hubungan seksualnya dengan pasangan.
Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi pada pria yang dinilai paling efektif. Efek kontrasepsi dari prosedur ini bersifat permanen sehingga sering juga disebut dengan istilah KB steril, tetapi pria tetap bisa melakukan ejakulasi. Hanya saja, air mani yang dikeluarkan melalui ejakulasi tidak mengandung sperma sehingga proses pembuahan sel telur pun tidak akan terjadi.
Sekilas tentang Vasektomi
Dalam kondisi normal, sperma yang diproduksi di dalam testis akan mengalir melewati saluran vas deferens menuju uretra. Sperma ini akan dikeluarkan bersamaan dengan air mani saat ejakulasi ketika berhubungan seksual.
Jika ejakulasi dilakukan di dalam rahim, proses pembuahan sel telur oleh sperma dapat terjadi. Hal ini memungkinkan terjadinya kehamilan.
Melalui prosedur vasektomi, saluran pembawa sperma atau vas deferens tersebut akan diputus, sehingga air mani tidak akan mengandung sperma saat ejakulasi. Dengan demikian, kehamilan dapat dicegah.
Pengaruh Vasektomi terhadap Performa Seks
Metode vasektomi masih sering menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya adalah mitos bahwa vasektomi dapat memengaruhi gairah seksual pria. Padahal, tidak demikian.
Setelah vasektomi, pria tetap bisa merasakan ereksi dan bahkan ejakulasi. Ini karena vasektomi tidak memengaruhi produksi hormon testosteron pada pria. Meskipun sesaat setelah vasektomi dilakukan terkadang muncul rasa nyeri di bagian testis, tetapi hal ini hanya sementara.
Penelitian menunjukkan bahwa pada pria yang telah menjalani prosedur vasektomi tidak ditemukan perbedaan dalam kepuasan seksual dibandingkan dengan pria yang tidak menjalani vasektomi. Prosedur ini bahkan dapat meningkatkan hasrat seksual, frekuensi hubungan seksual, dan keharmonisan dengan pasangan.
Selain itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pasangan dari pria yang menjalani vasektomi tidak menunjukkan keluhan terkait kepuasan seksual.
Beberapa hari setelah menjalani prosedur vasektomi di rumah sakit, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi jika berhubungan seksual kira-kira 8–12 minggu setelah operasi. Hal tersebut penting diperhatikan untuk mengantisipasi adanya sperma yang tersisa agar tidak terjadi kehamilan.
Air mani yang keluar saat ejakulasi setelah vasektomi pun tidak akan banyak berbeda karena sperma hanya merupakan bagian kecil dari air mani secara keseluruhan.
Risiko Komplikasi yang Dapat Terjadi setelah Vasektomi
Sebagai metode kontrasepsi permanen, vasektomi memiliki keunggulan sebagai prosedur yang aman. Namun, sama seperti prosedur medis lainnya, vasektomi juga memiliki risiko terjadinya komplikasi meskipun jarang terjadi. Risiko tersebut meliputi:
- Perdarahan atau pembekuan darah (hematoma) di skrotum
- Terdapat darah di air mani
- Penumpukan cairan di testis
- Kista abnormal di epididimis (spermatokel)
- Infeksi pada lokasi operasi yang disertai dengan demam atau kemerahan
- Rasa nyeri pada testis yang berlangsung lama
- Granuloma sperma, yaitu benjolan keras atau infeksi pada skrotum karena kebocoran sperma
- Hidrokel, berupa kantong berisi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada skrotum
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah vasektomi tidak melindungi pria dari penyakit menular seksual. Untuk mencegahnya, lakukan hubungan seksual secara sehat dengan tidak berganti-ganti pasangan atau tetap menggunakan kondom.
Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Menjalani Vasektomi
Operasi vasektomi sebaiknya dilakukan atas kesepakatan bersama pasangan karena metode kontrasepsi ini umumnya bersifat permanen. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum menjalani vasektomi, di antaranya:
- Tidak berniat untuk memiliki atau menambah jumlah anak lagi.
- Hindari mengambil keputusaan saat sedang stres atau mengalami tekanan psikologi.
- Diskusikan dengan pasangan mengenai rencana operasi yang akan dilakukan.
Selain itu, prosedur vasektomi juga dapat dipertimbangkan jika pasangan memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk hamil kembali atau memiliki kelainan genetik yang tidak ingin diwariskan ke anak.
Jika Anda masih memiliki pertanyaan seputar vasektomi atau berencana menjalani prosedur ini, sebaiknya konsultasikan lebih dulu ke dokter. Dokter akan membantu menentukan jenis kontrasepsi yang tepat sesuai kondisi dan kebutuhan Anda.