Victim mentality atau mentalitas korban adalah kondisi ketika seseorang selalu merasa dirinya sebagai korban dari segala kondisi dan situasi yang terjadi di sekitarnya. Mereka secara konsisten akan menyalahkan orang lain atau situasi dan merasa tidak memiliki kontrol atas masalah yang dihadapi.
Victim mentality bisa terjadi di lingkungan mana pun, baik itu keluarga, pertemanan, atau pekerjaan. Penyebabnya bisa sangat beragam, di antaranya memiliki trauma masa lalu, mengalami kejadian negatif yang terus-menerus terjadi, pernah dikhianati oleh orang lain, mengalami mythomania, atau memiliki keinginan untuk mendapatkan perhatian.
Kenali Ciri-Ciri Victim Mentality
Mungkin kita pernah sesekali merasa menjadi korban atau ingin menyalahkan orang lain atas suatu kejadian. Kondisi ini masih tergolong wajar, karena kita memang tidak sepenuhnya memiliki kontrol atas semua hal. Kita juga pasti akan mengalami fase naik atau turun dalam kehidupan.
Namun, saat seseorang selalu menyalahkan orang lain, tidak mau bertanggung jawab untuk kehidupannya, atau selalu merasa menjadi korban, maka hati-hati, mungkin itu tandanya bahwa orang tersebut memiliki mentalitas korban atau victim mentality. Sikap ini juga mirip seperti playing victim.
Perlu diingat, seseorang dengan mentalitas korban tidak selalu menyadari bahwa ia memiliki kondisi tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah ciri-ciri orang dengan victim mentality:
- Menyalahkan orang lain terhadap semua masalah yang terjadi di dalam kehidupannya
- Merasa dunia dan lingkungan tidak berpihak padanya
- Tidak memiliki coping atau cara dan strategi untuk menyelesaikan masalah
- Merasa tidak mendapat dukungan dari orang lain
- Merasa “diserang” ketika orang lain ingin membantu atau memberikan saran yang positif
- Mengasihani diri sendiri, karena ini membuat dirinya merasa lebih baik
- Selalu memikirkan hal negatif dan bersikap pesimis terhadap segala hal
- Memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah
- Mengharapkan orang lain mengakui bahwa dirinya adalah korban
- Memilih bergaul dengan orang yang juga merasakan hal yang sama seperti dirinya
- Selalu merasa orang lain lebih beruntung
Alasan Seseorang Melakukan Victim Mentality
Di sebagian kasus, seseorang mungkin memiliki tujuan tertentu dari menerapkan mentalitas korban, misalnya untuk mendapat perhatian orang lain atau untuk menghindari tanggung jawab.
Meski demikian, ada juga kasus di mana victim mentality terbentuk akibat adanya trauma di masa lalu atau pernah merasa sangat tersakiti karena dikhianati oleh orang lain.
Bagaimanapun, memiliki mentalitas korban bisa sangat merugikan, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Sikap mentalitas korban juga bisa merusak hubungan penderitanya dengan orang lain. Bahkan, bila tidak segera diatasi, victim mentality juga bisa membuat penderitanya menjadi frustrasi dan depresi.
Tips Mencegah Victim Mentality
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah sikap victim mentality:
1. Bangun rasa tanggung jawab
Seorang dengan victim mentality biasanya akan menghindari tanggung jawab. Nah, untuk mencegah sikap ini, coba buat tujuan hidup yang realistis, kenali potensi yang ada di dalam dirimu, dan kerjakan sesuai dengan porsinya.
Selain itu, lakukan setiap pekerjaan dengan fokus dan konsisten, jangan menunda apalagi sampai mengabaikannya. Dengan begitu, kamu bisa menumbuhkan rasa cinta dan tanggung jawab untuk semua hal yang sedang kamu kerjakan.
2. Belajar memaafkan diri sendiri
Saat melakukan kesalahan, jangan larut dalam kesedihan dan selalu menyalahkan diri sendiri sampai-sampai kamu tidak bisa melihat hal positif di dalam dirimu, ya. Sebaliknya, jadikan kesalahanmu sebagai pelajaran agar kamu bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Bagaimanapun, setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan, dan memaafkan diri sendiri bukan berati kamu abai terhadap kesalahan yang kamu perbuat.
3. Tingkatkan kecerdasan emosional
Memiliki kecerdasan emosional dapat membantumu dalam banyak hal, di antaranya mengenali dan mengelola emosi dengan baik, mengambil keputusan yang bijaksana dalam menyelesaikan masalah, dan membangun rasa empati.
Dengan kemampuan ini, kamu pun bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan terhindar dari sikap victim mentality.
4. Belajar mencintai diri sendiri (self-love)
Cobalah untuk belajar mencintai diri sendiri. Kamu bisa memulainya dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan, misalnya menggeluti hobi, menulis jurnal harian, berolahraga dengan rutin, atau belajar positive self-talk dan afirmasi positif. Dengan begitu, kamu akan lebih bisa menghargai dirimu sendiri.
Victim mentality tidak hanya bisa merugikan dirimu saja, tapi juga orang lain di sekitarmu. Jadi, jangan sampai sikap ini merasuk ke dalam dirimu, ya. Kenali ciri-cirinya dan lakukan langkah pencegahan di atas supaya kamu terhindar dari victim mentality.
Jika kamu merasa victim mentality mulai berkembang di dalam dirimu, terlebih bila sudah menimbulkan gangguan pada dirimu atau orang sekitarmu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, ya. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan saran yang tepat dalam mengatasi sikap ini.