Voyeurisme adalah salah satu kelainan seksual di mana seseorang mengamati orang yang sedang telanjang atau melakukan aktivitas seksual secara diam-diam. Ketertarikan ini bukan karena siapa objeknya, melainkan karena aktivitas menontonnya.
Voyeurisme bisa juga disebut dengan istilah scopophilia. Perilaku ini bukanlah gangguan seksual sampai menjadi fantasi seksual yang mengganggu kehidupan seseorang penderitanya atau ketika dilakukan tanpa persetujuan pasangan. Orang yang memiliki voyueurisme biasanya tidak tertarik untuk menjalin kontak seksual dengan korbannya.
Ciri-Ciri Voyeurisme
Orang yang memiliki voyeurisme (voyeur) bisa merasa terangsang lalu melakukan masturbasi hingga mencapai orgasme saat melihat orang lain berganti pakaian, mandi, masturbasi, atau berhubungan intim.
Selain mengintip atau mengamati secara langsung, voyeur tertarik menonton video pornografi berupa rekaman seseorang sedang telanjang atau melakukan kegiatan seksual. Voyeur juga mungkin akan bermain peran selayaknya sedang mengintip orang lain dengan pasangan seksualnya.
Meski bisa saja penjadi preferensi seksual yang normal, voyeurisme tetaplah sebuah penyimpangan ketika sudah tidak terkendali hingga merasa tidak puas jika tidak melakukannya.
Voyeurisme sebagai Gangguan
Gangguan voyeurisme yang sudah tidak terkontrol termasuk dalam parafilia, yaitu perilaku seksual menyimpang yang melibatkan aktivitas atau objek seks yang tidak wajar.
Penyebabnya belum dapat dipastikan. Namun, trauma masa kecil dan penyalahgunaan narkoba diketahui dapat menyebabkan voyeurisme. Selain itu, gangguan ini juga kerap kali dialami oleh orang dengan hiperseks, depresi, atau gangguan kecemasan, serta parafilia lainnya, seperti eksibisionis.
Voyeurisme sudah dikatakan sebagai gangguan bila penderitanya sudah berusia di atas 18 tahun dan tanda-tandanya sudah berlangsung selama 6 bulan. Tanda-tanda yang dimaksud meliputi:
- Merasa hanya bergairah saat melakukan voyeurisme
- Merasa frustasi dan stres ketika tidak dapat menyalurkan hasratnya dengan voyeurisme
- Mengambil gambar atau video orang lain yang sedang telanjang atau melakukan aktivitas seksual secara diam-diam
- Merasa bersalah setelah melakukan voyeurisme
- Melakukan tindak kriminal untuk melakukan voyeurisme, contohnya masuk ke rumah orang tanpa izin atau mengintip orang lain di dalam toilet umum
- Mengabaikan kewajiban yang perlu dilakukan sehari-hari, misalnya bekerja
- Menarik diri dari lingkungan sosial karena sibuk memenuhi keinginan untuk melakukan voyeurisme
Gangguan voyeurisme dapat menyebabkan penderitanya mengalami disfungsi seksual, bahkan tersandung kasus hukum dan ditindak secara pidana. Oleh karena itu, kondisi ini perlu segera ditangani. Untuk menentukan jenis pengobatannya, penderita perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Berikut ini adalah beberapa penanganan voyeurisme:
Psikoterapi
Dokter mungkin akan menyarankan psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif atau terapi psikodinamika. Terapi tersebut dapat membantu penderita mengidentifikasi penyebab terjadinya voyeurisme, sekaligus mengendalikan keinginan untuk melakukan penyimpangan seksual ini.
Lewat psikoterapi, penderita juga akan dilatih untuk mengubah pola pikir terhadap voyeurisme dan menemukan cara yang tepat untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Obat-obatan
Dokter juga mungkin akan meresepkan obat yang sesuai dengan kondisi kesehatan lain yang mungkin menjadi penyebab voyeurisme, seperti fluoxetine atau escitalopram.
Selain itu, obat penurun kadar testosteron mungkin akan diresepkan oleh dokter guna menekan gairah seksual dan keinginan untuk melakukan voyeurisme.
Di samping pengobatan dari dokter, penderita voyeurisme juga perlu mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, seperti keluarga, sahabat, atau pasangannya. Oleh karena itu, apabila ada orang terdekat Anda yang mengalami kondisi ini, rangkulah dan dukung ia untuk berkonsultasi dengan dokter sehingga penanganan yang sesuai pun bisa diberikan.