Waham adalah keyakinan kuat terhadap sesuatu yang keliru atau tidak logis. Orang yang memiliki waham tidak mau menerima fakta bahwa hal yang diyakininya sebenarnya salah.
Waham (delusi) bisa berupa pikiran akan kondisi yang mungkin terjadi di dunia nyata, misalnya meyakini dirinya dikagumi oleh banyak orang. Waham juga dapat berupa keyakinan tidak logis, seperti pikiran bahwa organ tubuhnya diambil tanpa ada bekas luka atau prosedur khusus.
Orang yang mengalami waham sebetulnya tetap bisa beraktivitas normal. Namun, waham yang tidak terkontrol dapat mengganggu kehidupan sosial penderitanya. Waham yang parah bahkan bisa mengancam nyawa penderitanya maupun orang di sekitarnya.
Penyebab Waham
Penyebab terjadinya waham sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari masalah kesehatan sampai kondisi lingkungan penderitanya. Berikut ini adalah penjelasannya:
Faktor biologis
Waham dapat lebih rentan terjadi pada orang yang:
- Memiliki orang tua atau anggota keluarga kandung dengan gangguan waham atau gangguan kesehatan mental lain
- Menderita demensia
- Mengalami gangguan pada otak, misalnya akibat stroke atau cedera otak berat
- Menderita penyakit Parkinson
- Memiliki masalah pendengaran atau penglihatan
- Berusia lanjut (di atas 65 tahun)
Faktor psikologis
Terjadinya waham umumnya terkait erat dengan berbagai masalah pada kesehatan mental, seperti:
- Psikosis
- Gangguan mental hingga linglung parah (delirium)
- Skizofrenia
- Gangguan suasana hati, misalnya pada depresi atau gangguan bipolar yang sudah parah
- Traumatis atau stres berat
- Perasaan cemburu, tidak percaya, atau rendah diri
Mekanisme koping yang kurang sehat saat menghadapi stres juga dapat memicu timbulnya pikiran waham, di antaranya:
- Memberikan reaksi emosional berlebihan saat mendapatkan kritik, penolakan, atau penilaian negatif dari lingkungan sosial
- Memiliki kebiasaan lari dari masalah, bahkan menghindari orang lain
- Memiliki kecenderungan menuduh orang atas kesalahan yang dia lakukan
- Mengalami kecanduan alkohol
- Menyalahgunakan obat-obatan terlarang
Gejala Waham
Seseorang yang mengalami waham umumnya menunjukkan tanda dan gejala berikut:
- Pemikiran dan keyakinan pada sesuatu yang salah, tidak nyata, atau tidak logis, serta tidak didukung dengan bukti kuat
- Gaduh dan gelisah jika keyakinannya disangkal
- Perasaan bahwa dirinya dieksploitasi
- Cenderung berpikir bahwa segala sesuatu melibatkan dirinya
- Mudah gelisah
- Agresif dan gampang marah
- Terus memendam dendam
- Cenderung melihat ancaman yang nyata sebagai situasi yang tidak berbahaya
Waham juga dapat disertai dengan tanda khas berdasarkan jenisnya. Berikut ini adalah jenis waham dan tanda khas yang menyertainya:
- Waham kebesaran, di mana penderita yakin bahwa ia adalah orang yang sangat penting, punya bakat luar biasa, memiliki kuasa sangat besar, bahkan mengaku bisa berkomunikasi dengan Tuhan
- Waham somatik, yang ditandai dengan rasa khawatir terus-menerus karena percaya bahwa dirinya memiliki masalah kesehatan tertentu
- Waham cemburu, yaitu rasa curiga bahwa pasangan sedang berselingkuh atau tidak setia
- Waham persecutory (paranoid), yang ditandai dengan keyakinan bahwa orang lain sedang berencana atau berusaha mencelakai dirinya maupun orang terdekatnya
- Waham rujukan, di mana penderita percaya bahwa pikiran atau tindakan orang lain, bahkan pesan-pesan di televisi maupun radio tertuju kepada dirinya
- Erotomania, yang ditandai dengan keyakinan bahwa ia dicintai atau dikagumi oleh orang terkenal atau orang penting
- Misidentification syndrome, yaitu ketika penderita meyakini bahwa orang yang dikenalnya sedang digantikan oleh orang lain yang sangat mirip
- Waham gabungan, di mana penderita menunjukkan gabungan tanda beberapa jenis waham secara sekaligus
Kapan harus ke dokter
Umumnya, penderita gangguan waham tidak menyadari bahwa ada yang salah dengan keyakinannya sehingga cenderung tidak mencari bantuan secara mandiri.
Bila anggota keluarga atau kerabat dekat Anda menunjukkan gejala awal waham meski tanpa perubahan perilaku drastis, hubungi dokter melalui chat sebagai konsultasi awal untuk mengetahui langkah-langkah yang bisa dilakukan.
Namun, jangan tunda untuk membawa mereka ke dokter jika gejala waham telah menunjukkan kondisi di bawah ini:
- Gangguan pada aktivitas sehari-hari
- Kerenggangan atau masalah pada hubungan dengan orang lain
- Gejala depresi, misalnya selalu terlihat murung atau sedih
- Perilaku melukai diri sendiri maupun orang lain
Diagnosis Waham
Pertama-tama, dokter akan terlebih dahulu bertanya kepada pasien atau pendamping maupun keluarga pasien mengenai berbagai hal di bawah ini:
- Hal-hal yang diyakini oleh pasien
- Reaksi pasien ketika wahamnya disangkal
- Berapa lama gejala waham berlangsung
- Gejala atau kebiasaan lain yang mungkin terjadi bersama waham
- Penyakit yang pernah diderita pasien maupun keluarganya
- Kebiasaan pasien dalam aktivitas sehari-hari maupun kegiatan sosial sejak kecil
Bila diperlukan, dokter dapat melakukan berbagai pemeriksaan penunjang di bawah ini untuk mengetahui kemungkinan adanya kondisi medis lain yang mungkin jadi pemicu waham:
- Tes kuesioner, untuk mengetahui kondisi mental yang dapat menyebabkan waham, misalnya kuesioner untuk penyakit Alzheimer atau demensia
- Tes urine atau tes darah, bila gejala waham diduga dipicu oleh penggunaan obat-obatan tertentu
- CT scan atau MRI kepala, untuk mendeteksi kondisi otak yang mungkin memicu waham
Pengobatan Waham
Pengobatan waham umumnya menggabungkan psikoterapi dengan obat-obatan untuk tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Berikut adalah penjelasannya:
Psikoterapi
Psikoterapi bertujuan membantu pasien menyadari bahwa pemikiran yang diyakininya adalah hal yang salah. Penanganan dengan terapi juga akan mengurangi pikiran dan perilaku negatif yang diakibatkan oleh waham.
Jenis psikoterapi yang digunakan untuk pasien dengan waham antara lain:
- Cognitive behavioral therapy (CBT), untuk membantu pasien mengenali bahwa pikiran dan perilakunya keliru sehingga bisa menerapkan cara yang lebih baik saat pemicu waham muncul
- Family-focused therapy, dengan melibatkan penderita waham beserta anggota keluarganya dalam edukasi, komunikasi, dan pemecahan masalah mengenai gangguan waham
- Acceptance & commitment therapy (ACT), agar pasien berhenti mengalihkan emosi negatif yang mendasari waham dan menerapkan cara yang lebih positif
Pemberian obat-obatan
Pada beberapa kasus, waham memerlukan obat-obatan. Obat yang diberikan bertujuan untuk mengontrol gejala waham sehingga penderitanya tetap bisa beraktivitas tanpa hambatan. Pemberian obat-obatan juga dapat mengurangi keparahan waham agar penderita tidak perlu menjalani rawat inap.
Berikut adalah obat-obat yang umum diresepkan dokter untuk mengatasi waham:
1. Antipsikotik
Beberapa obat antipsikotik yang dapat digunakan untuk mengatasi waham meliputi:
- Chlorpromazine
- Haloperidol
- Trifluoperazine
- Risperidone, contohnya Neripros atau Noprenia
- Clozapine
- Olanzapine, misalnya Remital atau Olaz
2. Obat antidepresan
Pemberian obat antidepresan juga bisa diresepkan dokter untuk mengatasi gangguan suasana hati yang menyertai waham. Berikut ini adalah beberapa obat antidepresan yang dapat digunakan untuk menangani waham:
- Doxepin
- Protriptyline
- Escitalopram
- Fluoxetine, misalnya Kalxetin atau Antiprestin
3. Obat antiansietas
Beberapa obat antiansietas juga dapat digunakan untuk mengendalikan kecemasan atau gelisah pada pasien waham. Obat ansietas yang diberikan dokter bisa berupa:
Komplikasi Waham
Bila tidak ditangani, waham dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental serius, bahkan dapat mengganggu kehidupan pasien dalam bersosialisasi. Komplikasi yang bisa muncul akibat waham antara lain:
- Gangguan kecemasan
- Depresi
- Pikiran maupun percobaan untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri
- Cedera berat akibat perilaku melukai diri sendiri atau orang lain
- Dikucilkan masyarakat
- Tuntutan hukum akibat perbuatan tidak menyenangkan pada orang lain
Pencegahan Waham
Waham dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga belum ada cara khusus untuk mencegahnya. Meski begitu, cara terbaik yang bisa dilakukan adalah menerapkan gaya hidup dan cara mengatasi stres yang sehat untuk kesehatan mental.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental:
- Melakukan teknik relaksasi saat stres, misalnya dengan meditasi, pijat, mendengarkan musik, atau teknik pernapasan deep breathing
- Berolahraga rutin setiap hari, seperti dengan yoga, tai chi, atau berjalan-jalan ke tempat yang disenangi
- Mengonsumsi buah dan sayur-sayuran segar, serta membatasi makanan yang tinggi akan lemak, gula, dan kafein
- Membiasakan diri untuk tidak bermain gawai sebelum tidur
- Melakukan journaling sebagai cara menyampaikan perasaan dan harapan yang dimiliki
- Menjalin hubungan baik dengan keluarga, teman, dan orang lain di sekitar
- Bergabung dengan kegiatan sosial di komunitas atau lingkungan sekitar
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan menyalahgunakan NAPZA
- Berkonsultasi melalui Chat Bersama Dokter saat menemukan tanda dan gejala awal dari waham sebagai langkah deteksi dini