Obat golongan SABA kerap digunakan sebagai salah satu pengobatan untuk asma. Meski bisa meredakan sesak napas akibat asma dengan cepat, obat golongan ini justru bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan penderita asma bila terlalu sering digunakan.
Asma merupakan penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada lapisan di dalam saluran pernapasan, sehingga lapisan tersebut membengkak dan memproduksi lendir secara berlebihan. Oleh karena itu, penderita asma memerlukan obat antiradang untuk mengatasinya.
Obat asma umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu obat pengontrol asma (controller) dan obat pereda asma (reliever). Nah, obat golongan SABA (short-acting beta-agonists) adalah bronkodilator yang termasuk dalam obat pereda asma.
Jenis obat SABA contohnya fenoterol, procaterol, salbutamol atau terbutaline yang biasanya tersedia dalam bentuk obat hirup (inhaler). Obat golongan ini mampu meredakan gejala serangan asma, seperti sesak napas dan mengi, dalam waktu singkat.
Meski obat ini dikatakan efektif, sebuah riset menemukan bahwa ketergantungan atau penggunaan obat golongan SABA yang terlalu sering justru bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan asma.
Dampak Penggunaan Obat Pereda Asma Golongan SABA
Beberapa penderita asma mungkin telah menggunakan obat pereda asma golongan SABA untuk mengatasi serangan asma.
Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, obat tersebut hanya meredakan gejala asma, tetapi tidak mengatasi peradangan yang mendasari asma dan tidak mencegah kambuhnya serangan asma.
Oleh karena itu, mengandalkan obat SABA saja tidak cukup untuk mengatasi asma. Bahkan, penggunaan SABA yang terlalu sering, yaitu sebanyak 3 tabung atau lebih dalam setahun, dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan asma berulang.
Guna mencegah penggunaan SABA yang terlalu sering dan menurunkan risiko kambuhnya gejala asma, penderita asma dianjurkan untuk menggunakan obat pengontrol asma meski tidak bergejala. Jenis obat yang umumnya dipakai adalah obat asma hirup kortikosteroid.
Anjuran Menjalani Tes Ketergantungan SABA
Untuk menentukan apakah penderita asma memiliki ketergantungan obat pereda asma golongan SABA atau tidak, perlu dilakukan tes ketergantungan pelega (reliever reliance test).
Melalui tes ketergantungan pelega, penderita asma bisa mengetahui tingkat ketergantungannya dan melakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter mengenai pilihan pengobatan asma yang tepat untuk mengendalikan asmanya.
Dengan begitu, risiko penderita asma mengalami serangan asma akan lebih rendah dan gejala yang muncul dapat teratasi.
Penderita asma juga disarankan untuk menghindari pemicu serangan asma, misalnya paparan asap rokok, debu, polusi, bulu binatang, dan serbuk sari. Selain itu, konsumsi buah dan sayur serta olahraga secara rutin diketahui bisa memberikan efek baik dan meningkatkan kualitas hidup penderita asma.
Itulah dampak penggunaan obat pereda asma golongan SABA yang perlu Anda ketahui dan waspadai. Meski obat ini bisa berisiko, Anda tidak disarankan langsung mengganti pengobatan asma tersebut sebelum berkonsultasi dahulu dengan dokter.