Menerapkan pola asuh yang tepat untuk anak memang bukanlah hal yang mudah. Terkadang, tanpa disadari orang tua bisa saja melakukan kesalahan dalam mengasuh anak. Salah satunya adalah menerapkan pola asuh overparenting yang justru bisa membentuk karakter yang buruk pada anak.
Pola asuh overparenting adalah pola asuh yang cenderung berlebihan dalam melindungi dan mengatur segala sesuatu tentang anak, bahkan hal kecil sekali pun. Pola asuh ini merupakan istilah lain dari pola asuh helikopter dan overprotective.
Orang tua yang menerapkan pola asuh overparenting biasanya beralasan ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Mereka juga diselimuti rasa khawatir yang berlebihan terhadap masa depan anak dan ketakutan jika diabaikan atau tidak dihormati oleh anak.
Ciri-Ciri Pola Asuh Overparenting
Ada beberapa ciri pola asuh overparenting yang penting untuk dikenali, yaitu:
1. Mengatur seluruh aspek kehidupan anak
Karena merasa mengetahui apa yang terbaik untuk anak, orang tua yang overparenting akan mengatur dan membuat keputusan untuk seluruh aspek kehidupan anak. Mereka akan berusaha memproteksi anaknya dari segi fisik, mental, dan emosional.
2. Memiliki kekhawatiran yang berlebihan
Orang tua yang overparenting memiliki kekhawatiran yang berlebihan terhadap anak. Karena kekhawatiran ini, mereka cenderung tidak memberikan kesempatan anak untuk melakukan sesuatu yang disukai, mencoba hal-hal baru, atau bahkan menyerukan pendapatnya.
Biasanya hal tersebut dapat memicu pertengkaran antara orang tua dan anak, terlebih jika sang anak sudah beranjak remaja atau dewasa.
3. Tidak membiarkan anak merasakan kegagalan
Tidak membiarkan anak untuk mengalami kegagalan atau melakukan kesalahan juga biasanya menjadi salah satu ciri pola asuh overparenting.
Memang tidak ada orang tua yang suka melihat buah hatinya gagal. Namun, jika orang tua terus melindungi dan menyelamatkan anak setiap kali ada kesulitan atau masalah, anak tidak akan pernah belajar dari kesalahannya.
4. Terlalu memanjakan anak
Pola asuh overparenting biasanya terlalu memanjakan dan memberikan kesenangan yang berlebihan pada anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini mungkin akan melarang anak untuk melakukan pekerjaan rumah, seperti mencuci, menyapu, atau memasak. Akibatnya, anak yang diasuh dengan cara ini bisa menjadi kurang mandiri ketika dewasa.
5. Memberikan hadiah atau hukuman yang tidak sesuai
Selain memanjakan anak, orang tua overparenting kerap kali memberikan hadiah yang berlebihan. Mereka juga membuat aturan yang ketat dan memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahannya, misalnya hukuman terlalu keras untuk pelanggaran yang ringan atau sebaliknya.
Dampak Pola Asuh Overparenting pada Anak
Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap karakter anak, termasuk pola asuh overparenting. Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak yang diasuh secara overparenting akan menjadi pribadi yang kurang mandiri atau selalu bergantung pada orang lain.
Pola asuh ini juga bisa membuat anak lebih berisiko untuk mengalami gangguan mental, seperti depresi, stres berat, gangguan cemas, atau kecanduan bermain game.
Berikut ini adalah beberapa dampak pola asuh overparenting pada anak:
- Tidak mampu membela diri sendiri
- Sulit memecahkan masalah atau membagi waktu
- Menjadi seseorang yang materialistis dan manipulatif
- Kesulitan mengendalikan emosi
- Tidak berani bertindak dan mengambil risiko
- Memiliki rasa percaya diri yang rendah
- Tidak memiliki keterampilan diri
- Lebih berisiko untuk membuat anak merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan narkoba
Selain dampak di atas, pola asuh overparenting juga bisa membuat hubungan orang tua dan anak menjadi renggang saat ia beranjak dewasa. Hal ini mungkin karena anak yang diasuh secara overparenting ingin mendapatkan kebebasan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik, termasuk berlebihan dalam melindungi dan mengatur kehidupan anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua, Bunda dan Ayah sudah sepatutnya untuk mendidik dan menerapkan pola asuh yang baik dan benar, seperti authoritative parenting.
Jika sudah terlanjur melakukan pola asuh overparenting, Bunda dan Ayah tak perlu risau. Masih ada waktu untuk memperbaikinya. Agar terhindar dari dampak negatif overparenting, mulailah membangun komunikasi yang baik dengan Si Kecil.
Dengarkan setiap keluh kesah atau keinginannya, walaupun itu berbeda dengan pendapat Bunda dan Ayah. Berikan kepercayaan yang lebih pada Si Kecil. Biarkan ia melakukan apa pun yang disukai, asalkan hal tersebut tetap positif, ya.
Selain itu, cobalah berdiskusi dengan orang tua lain terkait dengan pola asuh untuk anak. Dari sini, Bunda dan Ayah bisa mendapatkan ide dan memperkaya wawasan. Bila perlu, Bunda dan Ayah dapat berkonsultasi ke psikolog mengenai pola asuh yang tepat untuk diterapkan pada Si Kecil.