Banyak orang menganggap bahwa katarak hanya dialami oleh orang dewasa. Padahal, katarak pada bayi juga bisa terjadi, lho. Walaupun kasus ini tergolong jarang, penyebab dan gejala katarak pada bayi tetap penting untuk dipahami agar bisa dikenali dan diatasi sedini mungkin.
Katarak merupakan kekeruhan pada lensa mata yang membuat cahaya sulit masuk sehingga penglihatan menjadi kabur. Makin besar dan padat katarak, makin sulit pula cahaya masuk. Hal ini membuat kemampuan mata untuk melihat jadi sangat berkurang atau bahkan hilang. Katarak bisa terjadi pada satu atau kedua mata.
Nah, pada bayi, terdapat 2 jenis katarak, yaitu katarak kongenital yang terjadi sejak bayi lahir atau sesaat setelah lahir, serta katarak dapatan yang baru berkembang setelah bayi lahir.
Penyebab Katarak pada Bayi
Baik katarak kongenital maupun katarak dapatan, keduanya bisa disebabkan oleh berbagai kondisi. Misalnya, katarak kongenital yang disebabkan oleh adanya kelainan kromosom dan katarak dapatan yang biasanya dipicu oleh cedera pada mata bayi. Berikut adalah penjelasannya:
Katarak kongenital
Sebagian besar kasus katarak kongenital pada bayi ini disebabkan oleh faktor genetik atau turunan dari orang tua kepada anak. Hal ini bisa mengakibatkan lensa mata pada bayi tidak berkembang dengan sempurna. Katarak juga bisa disebabkan oleh adanya kelainan genetik, seperti Down syndrome atau Zellweger spectrum disorders.
Selain itu, infeksi yang dialami ibu selama masa kehamilan juga dapat mengakibatkan katarak pada bayi. Infeksi yang paling berisiko menyebabkan katarak pada bayi sejak ia lahir antara lain adalah campak Jerman (rubella), toksoplasmosis, cytomegalovirus (CMV), cacar air, dan virus herpes simpleks.
Katarak dapatan
Katarak dapatan pada bayi biasanya disebabkan oleh kondisi kesehatan bayi itu sendiri, seperti diabetes, galaktosemia (kondisi ketika tubuh tidak dapat memecah galaktosa), atau cedera pada mata. Namun, kasus-kasus ini sebenarnya jarang terjadi.
Selain katarak kongenital dan dapatan, sebagian kasus katarak pada bayi belum diketahui penyebabnya sampai saat ini.
Gejala Katarak pada Bayi
Ada beberapa gejala katarak pada bayi yang perlu Anda waspadai dan harus segera dikonsultasikan ke dokter, di antaranya:
- Adanya bintik putih atau abu-abu yang berbayang pada bagian pupil mata (bagian hitam mata)
- Gerakan mata yang tidak terkontrol atau dikenal dengan sebutan nistagmus
- Bola mata bergerak ke arah berbeda atau juling
- Bayi seperti tidak sadar pada kondisi lingkungan sekitar, hal ini biasanya dialami oleh bayi yang mengalami katarak pada kedua matanya
Dalam mendiagnosis katarak pada bayi, biasanya dokter akan menyarankan pemeriksaan mata secara menyeluruh. Pemeriksaan ini akan dilakukan oleh dokter mata atau dokter mata ahli pediatrik oftalmologi. Selain itu, bayi juga akan diperiksa oleh dokter anak untuk memastikan ada tidaknya kelainan bawaan yang bisa menjadi penyebab katarak pada bayi.
Perawatan pada Bayi Katarak
Jika katarak pada bayi tergolong ringan dan tidak memengaruhi penglihatan, penanganan khusus mungkin saja tidak diperlukan. Namun, bila katarak pada bayi sudah sampai mengganggu penglihatannya, operasi katarak akan dilakukan. Operasi katarak baru boleh dilakukan saat bayi sudah berusia 3 bulan.
Setelah operasi katarak, dokter tetap akan melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau penglihatan bayi sekaligus melakukan penyesuaian ukuran lensa kacamata atau lensa kontak.
Walaupun tidak mengancam nyawa, katarak pada bayi perlu didiagnosis secepatnya agar penanganan bisa dilakukan sedini mungkin. Hal ini karena gangguan penglihatan dapat menurunkan kualitas hidup anak, yang ujung-ujungnya bisa mengganggu tumbuh kembang Si Kecil.
Jadi, pemeriksaan mata direkomendasikan untuk semua bayi saat lahir atau pada usia 6–8 minggu. Selain itu, kemampuan melihat anak, yang juga termasuk dalam tahap tumbuh kembangnya, perlu dipantau dengan saksama. Bila perlu, lakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin untuk memastikan tumbuh kembang Si Kecil berjalan normal.