Fase siklus menstruasi setiap wanita umumnya terbagi menjadi 3, yaitu fase menstruasi, fase praovulasi dan ovulasi, serta fase pramenstruasi. Berbagai fase tersebut dipengaruhi oleh hormon-hormon dalam tubuh yang berperan dalam mengatur siklus menstruasi.

Pada umumnya, siklus menstruasi terjadi antara 21–35 hari dengan durasi sekitar 2–7 hari. Saat menstruasi, lapisan dinding rahim (endometrium) dan sel telur yang tidak dibuahi akan meluruh keluar melalui vagina. Selama proses tersebut, ada beberapa fase siklus menstruasi yang umum terjadi dan berlangsung secara teratur setiap bulannya.

Fase Siklus Menstruasi, Ketahui Tahapan dan Hormon yang Memengaruhinya - Alodokter

Fase Siklus Menstruasi

Berikut ini adalah beberapa fase siklus menstruasi:

1. Fase menstruasi

Fase menstruasi terjadi selama 2–7 hari. Pada fase ini, lapisan dinding rahim dan sel telur akan meluruh menjadi darah menstruasi. Banyaknya darah yang keluar selama masa menstruasi ini bisa berkisar antara 30–40 mililiter.

Selama 3 hari pertama, darah menstruasi yang keluar akan lebih banyak. Pada masa ini, wanita biasanya akan merasakan nyeri atau kram di bagian panggul, perut, dan punggung. Kondisi ini biasanya dipicu oleh kontraksi rahim yang terjadi karena adanya peningkatan hormon prostaglandin selama menstruasi.

Meski memicu rasa sakit, kontraksi yang terjadi selama menstruasi sebenarnya berfungsi untuk mendorong dan mengeluarkan lapisan dinding rahim yang luruh menjadi darah menstruasi.

Selain itu, wanita yang sedang haid juga bisa mengalami gejala lain, seperti perubahan mood, sakit kepala, dan perubahan nafsu makan.

2. Fase praovulasi dan ovulasi

Pada fase praovulasi, lapisan dinding rahim yang sempat luruh akan mulai menebal kembali. Proses penebalan rahim berfungsi untuk mempersiapkan rahim agar bisa ditempati oleh sel telur bila terjadi pembuahan oleh sperma. Proses ini bisa terjadi pada masa subur atau ovulasi.

Pada saat ovulasi, folikel yang dominan akan pecah dan mengeluarkan sel telur, kemudian bergerak menuju rahim melalui tuba falopi. Sel telur tersebut dapat dibuahi hingga 24 jam setelah dikeluarkan.

Untuk menjamin keberhasilan program membuat anak, ada baiknya Anda melakukan hubungan intim dengan pasangan pada fase ini atau menjelangnya. Pasalnya, masa ovulasi adalah waktu terbaik yang memungkinkan terjadinya pembuahan. Di samping itu, sperma dapat bertahan kurang lebih selama 3–5 hari di dalam rahim.

Masa subur wanita biasanya akan terjadi pada waktu 14 hari setelah hari pertama haid terakhir. Meski demikian, perkiraan masa ovulasi tiap wanita tidaklah sama. Terkadang, masa ovulasi bisa berubah dan hal ini akan lebih sering terjadi pada wanita yang haidnya tidak teratur.

3. Pramenstruasi

Pada fase ini, lapisan dinding rahim makin menebal. Hal ini karena folikel yang pecah dan mengeluarkan sel telur akan membentuk korpus luteum. Korpus luteum sendiri adalah jaringan yang terbentuk di ovarium dan berperan dalam produksi hormon progesteron yang membuat lapisan dinding rahim makin tebal.

Jika tidak terjadi pembuahan, Anda akan mulai merasakan gejala pramenstruasi atau PMS, seperti emosi tidak stabil dan perubahan kondisi fisik, seperti nyeri pada payudara, pusing, cepat lelah, atau perut kembung.

Selain gejala tersebut, korpus luteum akan mengalami degenerasi dan berhenti memproduksi progesteron. Jika tidak terjadi pembuahan, kadar progesteron dan estrogen akan menurun, serta lapisan dinding rahim juga akan luruh hingga menjadi darah menstruasi.

Hormon yang Memengaruhi Fase dalam Siklus Menstruasi

Pada dasarnya, fase siklus menstruasi dipengaruhi oleh lima jenis hormon dalam tubuh, di antaranya:

1. Hormon estrogen

Hormon yang diproduksi di ovarium ini memiliki peran yang begitu penting, terutama dalam proses ovulasi. Tak hanya itu, hormon estrogen juga berperan dalam perubahan tubuh remaja pada masa pubertas dan terlibat dalam pembentukan kembali lapisan rahim setelah periode menstruasi.

2. Hormon progesteron

Hormon progesteron bekerja sama dengan estrogen berperan dalam menjaga siklus reproduksi dan menjaga kehamilan. Hormon ini juga diproduksi di ovarium dan berperan dalam penebalan dinding rahim.

3. Hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone, FSH)

Hormon ini berfungsi untuk mematangkan sel telur di dalam ovarium hingga siap untuk dilepaskan. Hormon FSH diproduksi di kelenjar pituitari yang terletak di bagian bawah otak.

4. Hormon pelutein (luteinizing hormone, LH)

Serupa dengan hormon FSH, hormon pelutein ini juga diproduksi di kelenjar pituitari yang berfungsi untuk merangsang ovarium dalam proses pelepasan sel telur.

5. Hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin-releasing hormone – GnRH)

Hormon pelepas gonadotropin merupakan hormon yang diproduksi di otak. Hormon ini berperan penting dalam memberikan rangsangan pada tubuh untuk menghasilkan hormon perangsang folikel dan hormon pelutein yang memengaruhi proses pematangan dan pelepasan sel telur.

Berbagai fase siklus menstruasi di atas normalnya berlangsung secara teratur setiap bulannya. Namun, jika Anda mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi lebih dari 7 hari, atau tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan secara berturut-turut, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Konsultasi bisa Anda lakukan secara online melalui Chat Bersama Dokter.