Mekonium adalah istilah medis yang diartikan sebagai feses pertama bayi. Normalnya, mekonium dikeluarkan oleh bayi setelah ia lahir. Namun, dalam kondisi tertentu, ada juga bayi yang mengeluarkannya saat masih di dalam kandungan. Bila hal ini terjadi, bisa berdampak buruk bagi kesehatan bayi.
Sebagai feses pertama yang dikeluarkan oleh bayi, mekonium memiliki sedikit perbedaan dengan feses bayi yang akan keluar selanjutnya. Umumnya, mekonium berwarna hijau tua atau hitam kehijauan, serta memiliki tekstur yang kental dan lengket menyerupai tar.
Begini Karakteristik Mekonium
Ada beberapa karakteristik mekonium yang bisa dikenali, yaitu:
Tidak berbau
Biasanya, feses identik dengan aroma yang tidak sedap. Namun, kalau mekonium tidak memiliki bau, lho. Hal ini bisa terjadi karena mekonium masih steril alias belum terjamah oleh bakteri-bakteri di usus bayi.
Bakteri umumnya baru akan muncul ketika bayi mulai mendapat asupan ASI atau susu formula setelah ia lahir.
Terdapat bulu-bulu halus
Komposisi mekonium terdiri dari zat-zat yang ditelan bayi selama ia berada dalam rahim, seperti air, cairan ketuban, lendir, pembuangan dari empedu, dan sel-sel kulit. Jadi, jangan kaget jika melihat ada rambut pada mekonium. Rambut-rambut halus yang menutupi tubuhnya sendiri juga bisa tertelan oleh bayi.
Dikeluarkan oleh bayi dalam waktu 24 jam
Kemungkinan besar, bayi akan mengeluarkan mekonium pertama kali dalam waktu 24 jam sejak kelahirannya. Pada beberapa keadaan, mekonium bisa tidak keluar dalam 24 jam pertama usia bayi.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan mekonium keluar lebih dari satu hari, yaitu gangguan usus, feses tersumbat, atau kelainan pada saluran cerna, misalnya atresia ani. Dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan jika mekonium tidak kunjung keluar dalam waktu 48 jam pertama setelah bayi dilahirkan.
Bahaya Menghirup Mekonium di Dalam Kandungan
Meski seharusnya mekonium dikeluarkan dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir, bisa saja bayi mengeluarkan mekonium saat ia masih dalam kandungan. Salah satunya karena janin mengalami stres.
Mekonium yang keluar dalam rahim dapat bercampur dengan air ketuban. Bila hal ini terjadi, mekonium bisa terhirup oleh bayi, baik sebelum, selama, atau setelah persalinan. Dalam dunia medis kondisi ini disebut sindrom aspirasi mekonium.
Masuknya mekonium ke paru-paru bayi bisa menyebabkan berbagai gangguan, seperti peradangan dan infeksi pada paru-paru. Selain itu, hal ini juga bisa membuat paru-paru bayi mengembang secara berlebihan.
Pengembangan paru-paru yang tidak normal dapat meningkatkan risiko menumpuknya udara di rongga dada dan sekitar paru. Kondisi ini dikenal dengan nama pneumotoraks, yang bisa membuat bayi sulit bernapas.
Di sisi lain, sindrom aspirasi mekonium juga dapat meningkatkan risiko bayi mengalami hipertensi pulmonal. Kondisi ini dapat menghambat aliran darah bayi dan membuatnya sulit bernapas. Tidak hanya itu, aspirasi mekonium yang parah juga dapat menimbulkan komplikasi serius berupa kerusakan otak permanen pada bayi.
Untuk mencegah bayi mengeluarkan feses pertamanya atau mekonium di dalam kandungan, jagalah agar janin tidak mengalami stres, ya. Selain itu, Bumil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter atau bidan agar tanda-tanda sindrom aspirasi mekonium dapat segera terdeteksi.