Pelajaran matematika sering membuat anak merasa cemas, takut, atau stres. Padahal, sebenarnya ada, lho, cara belajar matematika yang menyenangkan untuk anak. Yuk, Bunda simak penjelasan selengkapnya pada artikel ini!
Anak-anak sebenarnya bisa menyukai kegiatan menghitung, menyortir, mengerjakan teka-teki, dan menemukan pola, lho, Bun. Akan tetapi, ketika aktivitas seperti ini diberi label ‘matematika’, mereka sering kali kehilangan minat terhadapnya.
Terlebih lagi jika anak diperkenalkan pada soal matematika yang kompleks oleh gurunya di sekolah sebelum benar-benar memahami konsep dasarnya. Hal inilah yang mungkin menyebabkan anak menganggap matematika adalah pelajaran yang tidak menyenangkan.
Cara Belajar Matematika yang Menyenangkan untuk Anak
Untuk membuat matematika menjadi pelajaran yang digemari Si Kecil, ada beberapa cara belajar matematika yang menyenangkan untuk Bunda terapkan di rumah. Berikut ini adalah di antaranya:
1. Tunjukkan pentingnya matematika
Saat belajar matematika, hal pertama yang harus Bunda lakukan adalah memperlihatkan pentingnya belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa cara yang bisa Bunda terapkan, misalnya:
- Menghitung berapa mobil berwarna merah yang ditemui sepanjang perjalanan ke supermarket
- Menghitung berapa jumlah baju yang baru diangkat dari jemuran
- Menghitung jumlah biskuit yang dikeluarkan dari bungkus ke piring dan sisanya
Dengan begitu, anak akan mengerti bahwa matematika bukan hanya sekadar menghapal tabel perkalian atau rumus, melainkan juga keterampilan yang dibutuhkan pada kehidupannya sehari-hari.
2. Belajar sambil bermain
Untuk membantu Si Kecil belajar matematika, Bunda juga bisa membuat pelajaran matematika jadi menyenangkan. Misalnya, Bunda bisa mengajaknya untuk membuat prakarya yang memerlukan pengukuran, membuat kue dan menghitung bahan-bahan yang harus digunakan, atau bermain jual beli sehingga Si Kecil bisa belajar menghitung kembalian.
3. Bantu anak berpikir positif
Sebuah studi menemukan, anak yang diberi tahu bahwa ia pintar matematika akan lebih berpeluang untuk menguasai matematika, terlepas dari apakah mereka memang benar-benar mampu atau tidak. Oleh sebab itu, penting bagi Bunda untuk membantu Si Kecil berpikir positif lebih dulu bahwa ia bisa mengerjakan soal matematika.
4. Bantu anak jika mengalami kesulitan
Umumnya di kelas 1 SD, anak akan belajar penambahan dan pengurangan yang terbatas hanya pada satu angka,kemudian meningkat menjadi dua angka pada kelas 2. Ketika duduk di kelas 3–4, anak akan mulai belajar perkalian dan pembagian.
Seiring waktu, Bunda mungkin akan menyadari bahwa Si Kecil menguasai beberapa jenis hitungan tapi lemah pada bagian lain. Jika Si Kecil sudah terlihat sering tidak gembira saat belajar matematika, coba cari tahu bagian mana yang dirasa paling susah dan bantu ia.
Kalau ia memang selalu terlihat kesulitan dan harus terus menggunakan jari saat menghitung, mungkin ia mengalami diskalkulia. Bunda bisa mengamatinya dan menunggu hingga kira-kira 1 tahun sebelum mencari bantuan dokter atau psikolog. Namun, jangan memberikan cap bahwa Si Kecil tidak mampu menguasai matematika, ya, Bun.
Yang pasti, kesulitan yang dihadapi Si Kecil tidak seharusnya membuat Bunda panik dan justru membuat Bunda ingat untuk terus memotivasinya. Bunda bisa mengatakan padanya bahwa ia tidak perlu sempurna dalam matematika, dengan tetap ajaknya berusaha sebaik mungkin.
Yuk, Bunda, terus dukung anak belajar matematika dengan cara yang menyenangkan! Apabila Bunda menyadari Si Kecil memiliki kelemahan dalam satu pelajaran, baik matematika maupun pelajaran lainnya, Bunda juga bisa mengonsultasikan hal tersebut ke psikolog yang khusus menangani masalah tersebut.