Baru-baru ini, pemimpin Korea Utara dikabarkan mengalami kondisi vegetatif. Kondisi yang disebut-sebut sama dengan koma ini adalah kondisi medis yang membutuhkan pemantauan tenaga medis. Lantas, apa sih kondisi vegetatif itu?
Kondisi vegetatif adalah gangguan fungsi otak kronis. Dalam kondisi ini, serebrum atau bagian otak yang mengendalikan perilaku dan pikiran tidak lagi berfungsi secara normal, namun hipotalamus dan batang otak, yakni bagian otak yang mengendalikan fungsi vital masih bisa berfungsi dengan baik.
Kondisi Vegetatif Berbeda dengan Koma
Kendati kerap disamakan dengan koma, kondisi vegetatif berbeda dengan koma, lho. Pada keadaan koma, pasien tidak akan bisa melakukan gerakan, mengeluarkan suara, apalagi membuka mata dan berteriak meskipun sudah dicubit. Intinya, pasien koma berada dalam keadaan tidak sadar total.
Berbeda dengan pasien koma, pasien vegetatif bisa membuka matanya. Jantung dan paru-paru pasien pun bisa berfungsi layaknya orang sehat. Selain itu, pasien juga memiliki siklus tidur, memiliki refleks, dan bisa berkedip, mendengus, atau tampak tersenyum seperti orang sehat pada umumnya.
Namun karena serebrumnya mengalami kelainan, penderita kondisi ini tidak bisa berpikir, berbicara atau menanggapi pembicaraan, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, mengikuti perintah, serta menunjukkan emosi.
Daftar Penyebab Kondisi Vegetatif
Kondisi vegetatif disebabkan oleh kerusakan otak akut akibat penyakit atau cedera, yang menyebabkan penderitanya dalam keadaan tidak sadar dan tidak responsif terhadap keadaan sekitarnya. Berikut ini adalah penjelasannya:
Cedera otak nontraumatis
Jenis cedera otak ini bisa terjadi ketika jaringan otak seseorang mengalami kekurangan oksigen atau kerusakan yang tidak disebabkan cedera luar. Beberapa penyebabnya meliputi overdosis obat, serangan jantung, meningitis, tenggelam, keracunan, dan stroke.
Cedera otak traumatis
Cedera otak traumatis terjadi ketika seseorang mengalami pukulan atau benturan di kepala yang kuat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kecelakaan mobil, jatuh dari ketinggian, kecelakaan di tempat kerja, atau penyerangan yang melibatkan baku hantam dan melukai kepala.
Kerusakan otak progresif
Kerusakan otak progresif adalah kerusakan otak yang disebabkan oleh kondisi seperti tumor otak, penyakit Alzheimer, dan penyakit Parkinson.
Jika seseorang berada dalam kondisi vegetatif selama lebih dari 4 minggu, ia akan dianggap berada dalam kondisi vegetatif berkelanjutan (continuing vegetative state). Namun bila kondisi ini berlanjut hingga 6–12 bulan, pasien dinyatakan berada pada kondisi vegetatif permanen (permanent vegetative state).
Cara Mengatasi Kondisi Vegetatif
Sebenarnya, tidak ada pengobatan yang pasti untuk kondisi ini. Dokter mungkin akan mencoba memberikan terapi berupa stimulasi dengan listrik sehingga otak penderita bisa terangsang dan penderita bisa “bangun”. Namun, terapi ini masih perlu ditelaah lebih lanjut.
Perawatan yang diutamakan untuk pasien vegetatif meliputi asupan nutrisi, kebersihan dan dukungan terhadap fungsi tubuh secara umum. Selama perawatan posisi tubuh pasien perlu diganti secara rutin akan agar tidak terbentuk luka akibat tekanan pada kulit yang terlalu lama (ulkus dekubitus).
Selain itu, anggota badan pasien juga perlu rutin digerakkan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah dan atrofi otot. Pasien juga akan dipasangkan kateter dan popok untuk memudahkan buang air kecil dan buang air besar.
Terlepas itu semua, perkembangan pasien akan terus dipantau secara berkala dan teliti untuk mencari ada tidaknya tanda pemulihan. Keluarga juga disarankan untuk memberikan dukungan dan stimulasi ringan untuk merangsang panca indera penderita agar penderita bisa segera pulih.
Berikut ini adalah beberapa stimulasi yang bisa diberikan oleh keluarga:
- Tetap ajak penderita berkomunikasi seperti biasa. Keluarga bisa menceritakan berbagai hal yang mungkin berkaitan dengan penderita, seperti momen apa saja yang telah dilewatkan oleh penderita.
- Keluarga dapat memutarkan musik atau film kegemaran penderita.
- Memperlihatkan beragam foto keluarga juga bisa dilakukan untuk memicu responsnya.
- Membelai dan memegang penderita secara rutin.
- Memberikan wewangian di dalam ruangan untuk merangsang indera penciumannya.
Kondisi vegetatif bisa dialami siapa saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Yang perlu diingat adalah keadaan ini berbeda dengan mati batang otak, sehingga pasien masih memiliki kesempatan untuk pulih, namun biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama.
Akan tetapi, ini juga tidak menutup kemungkinan otak pasien kehilangan seluruh fungsinya. Pemulihan sangat bergantung pada seberapa besar cedera pada otak yang dialami.
Oleh karena itu, sangat penting bagi keluarga untuk mendiskusikan dengan dokter terkait keadaan pasien, rencana perawatan untuk pasien, di mana sebaiknya penderita harus dirawat, dan tindakan apa yang perlu dilakukan bila terjadi perbaikan atau perburukan pada kondisi otak pasien.
Di beberapa negara, pasien yang mengalami kondisi vegetatif berhak untuk meminta euthanasia. Namun, tindakan ini secara hukum masih belum diperbolehkan di Indonesia.