Kekerasan dalam rumah tangga bukan permasalahan yang bisa dianggap sepele. Bila dibiarkan berlarut-larut, perilaku ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental, lho. Oleh karena itu, penting bagi siapa pun untuk mengetahui cara tegas menyikapinya agar KDRT tidak terus berlanjut.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa berupa kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Beberapa contoh tindakan yang termasuk KDRT adalah ancaman, penghinaan, dan manipulasi secara psikologis.
KDRT tidak hanya bisa dilakukan oleh suami ke istri atau sebaliknya, tetapi juga oleh anggota keluarga yang terikat di dalam pernikahan, misalnya mertua ke menantu atau sebaliknya, dan orang tua ke anak.
Ini Bahaya dari KDRT
Segala bentuk KDRT bisa menimbulkan efek dan bahaya bagi korbannya. Berikut ini adalah beberapa bahaya yang bisa dialami korban akibat KDRT:
Rasa sakit dan luka fisik
Kekerasan fisik yang dilakukan oleh pelaku KDRT ke korbannya bisa berupa tamparan, pukulan, tendangan, atau cekikan. Tidak hanya menimbulkan rasa sakit pada korban, bentuk kekerasan ini juga bisa meninggalkan luka memar bahkan luka terbuka yang berdarah.
Pada beberapa kasus, kekerasan fisik juga bisa menyebabkan masalah kesehatan yang fatal, seperti patah tulang dan gegar otak.
Kesehatan mental terganggu
Tidak melulu luka fisik, KDRT juga menyisakan luka psikis pada korbannya. Korban KDRT bisa mengalami trauma, gangguan kecemasan, sindrom babak belur (battered woman syndrome), dan depresi. Pada beberapa kasus, depresi yang dialami oleh korban bisa berlanjut hingga muncul keinginan untuk menyakiti diri sendiri dan bunuh diri.
Gangguan pada organ reproduksi
Jika KDRT melibatkan paksaan atau kekerasan saat berhubungan seksual, korban bisa mengalami luka atau gangguan pada saluran reproduksi. Akibatnya, korban dapat merasa sakit ketika berhubungan intim, nyeri pinggul, serta luka dan perdarahan pada organ reproduksi.
Begini Cara Menyikapi KDRT
Tidak ada satu orang pun yang pantas untuk mendapatkan KDRT. Bila kamu mengalaminya, kamu perlu menyikapinya dengan cara bijak berikut ini:
- Terima dan akui bahwa KDRT benar-benar terjadi. Jangan berusaha memaklumi terus-menerus kekerasan yang dilakukan oleh pelaku.
- Jangan menyalahkan diri sendiri, ya. Kekerasan dalam rumah tangga tetap bisa terjadi, meski kamu tidak memiliki kesalahan yang fatal.
- Bicarakan baik-baik dengan pelaku. Misalnya, bila kamu mendapatkan KDRT dari pasangan, coba deh katakan kepada pelaku bila tindakannya itu salah.
- Dokumentasikan setiap luka atau kekerasan yang dilakukan pelaku. Tujuannya sebagai barang bukti agar dapat menghukum pelaku. Kamu bisa simpan dokumentasi dalam bentuk foto, video, atau rekaman suara.
- Jika KDRT sudah berulang kali terjadi, sebisa mungkin jauhi dan hindari pelaku. Siapkan tas yang berisikan barang penting untuk dibawa saat kamu keluar rumah suatu waktu. Barang penting ini berupa kartu identitas, uang, obat-obatan, dan kebutuhan pribadi, seperti pakaian.
- Bila memungkinkan, siapkan nomor dan handphone baru agar keberadaanmu setelah keluar rumah tidak bisa dilacak oleh pelaku.
Itulah informasi tentang bahaya KDRT dan cara menyikapinya. Bila kamu mengalami KDRT dalam bentuk apa pun, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikiater guna mendapatkan solusi yang tepat untuk masalah rumah tanggamu.
Namun, bila KDRT yang terjadi sudah sangat parah dan kamu butuh perlindungan, kamu bisa segera melaporkannya ke pihak yang berwajib. Tidak perlu takut ya, korban KDRT akan mendapatkan hak perlindungan dari pemerintah sesuai dengan Undang-Undang PKDRT pasal 10.