Apraksia pada anak merupakan gangguan bicara yang langka. Jika usia Si Kecil sudah menginjak 2 tahun tetapi belum bisa mengucapkan rangkaian kata sederhana, seperti “mau makan” atau “mau susu”, kemungkinan ia mengalami gangguan bicara apraksia.
Apraksia pada anak adalah gangguan saraf di otak yang membuat anak kesulitan mengoordinasikan otot yang digunakan pada saat bicara. Anak dengan apraksia mengetahui apa yang ingin dikatakan, tapi kesulitan menggerakkan rahang, lidah, dan bibir untuk berbicara.
Gejala Apraksia pada Anak
Gangguan bicara apraksia memiliki kemiripan dengan gangguan bicara disartria. Apraksia pada anak biasanya disebabkan oleh gangguan genetik dan metabolisme. Namun, kondisi dan cedera otak juga bisa menjadi faktor pemicu apraksia pada anak.
Apraksia biasanya baru bisa terdeteksi pada anak usia di bawah 3 tahun (batita). Berikut adalah beberapa gejala yang dapat menandakan terjadinya apraksia pada anak:
- Kurang mengoceh ketika bayi
- Tampak kesulitan menggerakkan mulut untuk mengunyah, mengisap, dan meniup
- Kesulitan saat mengucapkan huruf konsonan yang berada di awal dan akhir kata, seperti “makan”, “minum”, dan “tidur”
- Susah mengucapkan suatu kata yang mirip, seperti “buku”, “kuku”, dan “susu”
- Lebih sering menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi, misalnya menyodorkan tangan untuk meminta sesuatu atau menangis jika ingin makan atau minum
- Susah mengucapkan kata yang sama untuk kedua kalinya
Cara Mengatasi Apraksia pada Anak
Apabila Si Kecil mengalami gejala di atas, kemungkinan ia menderita gangguan bicara apraksia. Namun, untuk memastikannya, Bunda harus berkonsultasi dengan dokter. Biasanya, dokter akan menilai kemampuan anak dalam mengucapkan satu kata secara berulang-ulang.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kemampuan bicara pada anak yang mengalami apraksia:
1. Terapi wicara
Terapi wicara adalah cara paling ampuh untuk mengatasi apraksia pada anak. Umumnya terapi ini perlu dilakukan secara rutin sebanyak 3–5 kali seminggu hingga hasilnya terlihat.
2. Terapi musik
Studi menyebutkan bahwa terapi musik terbukti bisa membuat anak mengeluarkan lebih banyak suku kata dan kombinasi bunyi yang berbeda. Terapi ini bahkan bisa meningkatkan keterampilan komunikasi anak dalam kehidupan sehari-hari.
Ajaklah Si Kecil bernyanyi lagu anak-anak, seperti bintang kecil, pelangi-pelangi, balonku, dan menanam jagung, agar ia terbiasa mengucapkan lirik lagu.
3. Permainan mengucapkan kata
Ajak Si Kecil melakukan sebuah permainan di mana ia harus mengucapkan satu kata sederhana secara berulang-ulang, seperti “makan”, “malam”, “minum”, atau “mandi”.
Usahakan untuk melakukan permainan ini di depan cermin agar Si Kecil mengetahui bagian mulut mana yang harus digerakkan ketika mengucapkan suatu kata.
4. Bahasa isyarat
Menggunakan bahasa isyarat juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi gangguan bicara apraksia. Dengan menggunakan bahasa isyarat, Si Kecil dapat berlatih menggerakkan mulut untuk mengucapkan suatu kata.
Dukungan orang tua dan keluarga sangat penting dalam melatih bicara pada anak yang mengalami apraksia. Dengan menerapkan tips di atas, diharapkan gangguan bicara apraksia pada anak dapat teratasi.
Bila Bunda mendapati adanya gejala-gejala apraksia pada anak, segera konsultasikan ke dokter anak guna memperoleh penanganan yang tepat sedini mungkin.