Ada berbagai tipe pola asuh anak dan salah satunya adalah pola asuh helikopter. Pola asuh ini kurang baik karena dapat membuat anak menjadi kurang percaya diri, tidak mandiri, dan mudah stres. Ini karena orang tua terlalu ketat saat mengasuh dan menjaga anaknya.

Pola asuh helikopter (helicopter parenting) merupakan istilah lain dari pola asuh orang tua yang terlalu protektif terhadap anak. Orang tua dengan pola asuh ini cenderung berlebihan dalam melindungi dan mengatur segala hal yang berhubungan dengan anak.

Seputar Pola Asuh Helikopter dan Dampak yang Ditimbulkan - Alodokter

Tanda-Tanda Pola Asuh Helikopter

Pola asuh helikopter umumnya disebabkan oleh rasa khawatir dan ketakutan yang berlebihan atau bahkan persaingan di antara para orang tua.

Pola asuh seperti ini bisa diterapkan di setiap tahapan umur anak. Sebelum usia sekolah, pola asuh ini tampak dari sikap orang tua yang overprotektif, seperti tidak pernah membiarkan anak bermain sendiri, mengarahkan perilaku anak, dan melarang anak untuk melakukan banyak hal.

Sementara pada usia sekolah, tanda-tanda pola asuh helikopter dapat terlihat dari cara orang tua menentukan aktivitas atau teman anak, tidak melibatkan anak saat memilih sekolah atau tempat les, dan kerap mengerjakan pekerjaan rumah anak yang diberikan dari sekolah.

Sampai pada usia remaja, orang tua dengan pola asuh helikopter cenderung bersikap terlalu berlebihan dan selalu ikut campur dalam lingkungan sosial maupun permasalahan yang dihadapi anak.

Dampak Negatif Pola Asuh Helikopter

Jika dibiarkan terus-menerus, pola asuh helikopter bisa berdampak buruk terhadap perkembangan emosional anak. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif pola asuh helikopter yang perlu Anda ketahui:

Sulit untuk menyelesaikan masalah

Anak yang diasuh dengan pola asuh helikopter akan mengalami kesulitan saat mengambil keputusan dan menghadapi suatu masalah, terutama dalam menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan sekolah.

Jika tidak bisa menjadi problem solver, anak cenderung akan mudah menyerah saat menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

Tidak mandiri dan sering bergantung pada orang lain

Apabila orang tua selalu membangunkan anak pada pagi hari untuk sekolah dan menyiapkan semua kebutuhannya, termasuk membereskan tas sekolah, anak tidak akan belajar untuk mandiri. Padahal, ada saatnya anak akan tinggal sendiri tanpa orang tuanya lagi dan mau tidak mau ia harus bisa mengurus dirinya sendiri.

Tidak mampu mengendalikan emosi

Pola asuh helikopter dapat meningkatkan risiko anak sulit untuk mengendalikan emosi. Hal inilah yang kemudian membuat anak mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya.

Tidak percaya diri

Pola asuh helikopter bisa membuat anak menjadi tidak percaya diri. Hal ini disebabkan oleh rasa tidak percaya orang tua terhadap kemampuan anak dalam melakukan suatu hal, sehingga anak juga tidak percaya akan kemampuannya sendiri.

Selain itu, ada juga dampak negatif lain yang timbul akibat penerapan pola asuh helikopter, yaitu anak berisiko tinggi mengalami gangguan mental, terutama gangguan kecemasan dan depresi.

Cara Mencegah Dampak Negatif Pola Asuh Helikopter

Melindungi anak memang menjadi kewajiban orang tua. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, dampaknya justru tidak baik bagi anak. Nah, untuk mencegah dampak negatif pola asuh helikopter, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan, yaitu:

1. Membuat daftar kemampuan anak

Anda bisa membuat daftar kemampuan Si Kecil di selembar kertas, lalu menghiasnya. Setelah itu, perlihatkan daftar tersebut kepada Si Kecil dan yakinkan bahwa ada banyak hal yang bisa ia lakukan sendiri. Melalui cara ini, rasa percaya diri dalam diri Si Kecil akan tumbuh.

2. Tidak membantu anak ketika mendapatkan hukuman

Cobalah untuk tidak membantu Si Kecil ketika ia sedang mendapat hukuman atas kesalahan atau kelalaiannya. Misalnya, saat ia dihukum karena tidak mengerjakan PR di sekolah.

Bila Anda membantunya mengerjakan hukuman, Si Kecil tidak akan kapok dan akan terus mengulangi kesalahan yang sama. Selain itu, ia juga tidak akan belajar untuk bertanggung jawab atas perilakunya sendiri.

3. Tidak membantu anak menyelesaikan semua masalah

Berhentilah membantu Si Kecil menyelesaikan masalah yang sepele, seperti mengikat tali sepatu atau mengerjakan PR. Ketika Si Kecil meminta bantuan kepada Anda untuk hal-hal yang sebenarnya bisa ia kerjakan sendiri, cukup ajarkan caranya dan minta ia untuk melakukannya sendiri.

4. Membiarkan anak menjelajahi dunianya sendiri

Ketika Si Kecil sedang bermain di taman, Anda cukup memperhatikannya dari jauh tanpa perlu ikut bermain. Meski begitu, Anda tetap harus mengingatkan anak untuk berhati-hati agar tidak jatuh.

Sekalipun ia terjatuh, jangan bersikap berlebihan. Bantu Si Kecil berdiri dan tenangkan bila ia menangis, kemudian jelaskan kepadanya bahwa terjatuh adalah hal yang biasa terjadi jika ia tidak hati-hati saat bermain. Setelah itu, beri dorongan kepadanya untuk kembali bermain, tetapi dengan lebih hati-hati.

5. Memberikan kepercayaan kepada anak

Cobalah untuk lebih percaya kepada anak dan berpikir positif bahwa ia bisa menjalani aktivitasnya sendiri dengan mandiri. Biasakan untuk tidak langsung membantu anak ketika ia meminta bantuan, kecuali kalau memang ia benar-benar tidak bisa melakukannya.

Dengan menumbuhkan rasa percaya pada anak, ia akan merasa didukung. Hal ini bisa menjadi motivasi atau bahkan memberikan inspirasi agar ia bisa berprestasi dan membanggakan orang tuanya.

Ingat, tidak ada orang tua yang sempurna di muka bumi ini. Semua orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Jadi, tidak perlu berusaha untuk selalu “sempurna” meski tujuannya baik bagi anak.

Setelah mengetahui berbagai dampak negatif yang dapat terjadi, sebisa mungkin hindari pola asuh helikopter yang serba overprotektif ini, ya. Jika perlu, Anda dapat berkonsultasi dengan psikolog mengenai pola asuh yang tepat untuk diterapkan pada Si Kecil.