Depresi pada remaja sering kali terabaikan. Perubahan perilaku dan mood yang tidak stabil terkadang dianggap wajar di masa pendewasaannya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua mengenali penyebab dan gejala depresi pada remaja supaya bisa mendeteksi kondisi ini sedini mungkin.
Remaja memang sering mengalami perubahan suasana hati atau mood. Itulah sebabnya, remaja yang terlihat murung atau sedih sering kali dianggap hal biasa, misalnya karena patah hati, menjadi korban online catfishing, mendapat nilai jelek, atau merasa kurang perhatian dari orang tua.
Padahal, bisa jadi itu gejala depresi pada remaja. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berlanjut dan menyebabkan munculnya keinginan untuk menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri.
Faktor Pemicu dan Gejala Depresi pada Remaja
Depresi pada remaja bisa disebabkan oleh faktor genetik, perubahan hormon, hingga pengalaman traumatis, seperti mendapatkan pelecehan seksual dan emosional atau kehilangan orang terkasih.
Selain itu, depresi pada remaja juga bisa dipicu faktor lainnya, seperti harga diri yang rendah, ketidakmampuan dalam belajar (ADHD), penyalahgunaan minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, menderita penyakit kronis, dan memiliki gangguan mental lainnya, seperti gangguan bipolar, anoreksi, atau bumilia.
Biasanya, depresi pada remaja menimbulkan keluhan dan gejala berupa:
- Mudah menangis, tersinggung, dan marah karena hal-hal yang sederhana
- Kehilangan minat dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Menyalahkan diri sendiri
- Sulit berkonsentrasi, sering bolos, dan prestasi di sekolahnya menurun
- Sulit tidur dan insomnia
- Mudah merasa lelah
- Sering sakit kepala atau sakit perut
- Tidak nafsu makan atau justru makan berlebihan
- Makan secara berlebihan di tengah malam (night eating syndrome)
Depresi pada remaja memang lebih sulit terdeteksi, sebab remaja memang sering mengalami perubahan mood. Oleh karena itu, orang tua, keluarga, dan guru di sekolah harus lebih peka terhadap perubahan perilaku remaja.
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Depresi pada Remaja
Jika seorang remaja dinyatakan menderita depresi, dokter akan memberikannya penanganan berupa psikoterapi dan obat-obatan, seperti antidepresan.
Selama pengobatan berlangsung, orang tuanya perlu melakukan beberapa cara berikut untuk membantu anak remaja mereka pulih dari depresi:
1. Pelajari tentang depresi
Sebagai orang tua, penting bagi Bunda dan Ayah untuk mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan depresi, misalnya bagaimana harus menyikapinya dan bagaimana teknik berkomunikasi dengan penderita depresi.
Dengan mengetahui informasi tentang depresi, Bunda dan Ayah akan bisa lebih memahami apa yang sebenarnya dialami dan dirasakan oleh anak remaja kalian.
2. Dengarkan cerita anak
Sebisa mungkin Bunda dan Ayah selalu siap mendengarkan segala keluh kesah anak remaja kalian. Tatap matanya atau pegang erat tangannya saat ia bercertia supaya ia merasa lebih nyaman.
Jika anak remaja kalian belum terbiasa bercerita, Bunda dan Ayah bisa mengajukan pertanyaan supaya mereka bisa bercerita. Contohnya seperti ini, “Bagaimana harimu?”, atau “Apa yang kamu rasakan hari ini? Yuk, cerita dengan Bunda.” Ingat ya, saat ia bercerita, jangan menghakimi atau terkesan menginterogasinya.
3. Ajak untuk melakukan gaya hidup sehat
Ingatkan anak remaja kalian untuk rutin berolahraga supaya suasana hatinya menjadi lebih baik. Selain itu, pastikan juga ia mengonsumsi makanan sehat dan tidur yang cukup setiap harinya.
4. Batasi penggunaan gadget
Buatlah batasan waktu dalam penggunaan gadget, ya. Alih-alih terus berkutat dengan ponselnya, ajaklah anak remaja kalian untuk lebih sering melakukan kegiatan yang positif dan bergaul dengan lingkungan yang baik.
Bunda dan Ayah perlu lebih jeli terhadap perubahan yang anak remaja kalian alami, ya. Jika sudah menunjukkan gejala depresi, sebaiknya segera ajak ia berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater guna mendapatkan penanagan lebih lanjut.