Antikolinergik adalah kelompok obat untuk menangani berbagai kondisi, mulai dari inkontinensia urine, penyakit Parkinson, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hingga diare.
Antikolinergik bekerja dengan cara menghambat asetilkolin, yaitu zat kimia penghantar sinyal antara sel-sel saraf (neurotransmiter). Cara kerja ini akan mempengaruhi banyak organ, termasuk otot jantung, paru-paru, saluran cerna, hingga saluran kemih, sehingga bisa digunakan untuk menangani beragam kondisi.
Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan antikolinergik bisa digunakan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain. Obat-obatan antikolinergik dapat digunakan untuk mengatasi kondisi-kondisi medis berikut ini:
- Keluhan akibat kandung kemih terlalu aktif, seperti dorongan mendadak untuk buang air kecil, tidak mampu menahan keinginan berkemih, atau inkontinensia
- Gangguan pencernaan, seperti mual dan muntah, diare, tukak lambung, atau irritable bowel syndrome
- Tremor yang dialami penderita penyakit Parkinson
- Asma atau PPOK
- Sulit tidur, gangguan cemas, depresi, atau skizofrenia
- Uveitis atau peradangan pada lapisan tengah mata
- Keracunan makanan, obat, atau zat kimia tertentu, seperti insektisida
- Gejala atau keluhan akibat reaksi alergi, khusus untuk obat antihistamin dengan yang memiliki efek antikolinergik
Obat antikolinergik tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, di antaranya tablet, kapsul, sirop, gel, larutan, suntik, koyo, dan supositoria. Obat ini hanya digunakan sesuai resep dokter.
Peringatan Sebelum Menggunakan Obat Antikolinergik
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan obat antikolinergik, yaitu:
- Jangan menggunakan obat-obatan antikolinergik bila Anda alergi terhadap golongan obat ini.
- Beri tahu dokter jika Anda menderita sumbatan usus, sumbatan di saluran kemih, pembesaran prostat jinak, glaukoma, penyakit Alzheimer, hipertiroid, atau myasthenia gravis. Obat golongan antikolinergik sebaiknya tidak digunakan oleh pasien dengan kondisi tersebut.
- Beri tahu dokter jika Anda menderita mulut kering, konstipasi, gagal jantung, denyut jantung cepat, penyakit liver, hernia hiatal, atau sindrom Down.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi suplemen, produk herbal, atau obat tertentu, seperti obat alergi atau obat antidepresan
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
- Batasi aktivitas pada suhu panas dan yang rentan memicu Anda berkeringat. Obat antikolinergik bisa mengurangi kemampuan tubuh untuk memproduksi keringat, sehingga bisa memicu terjadinya heat stroke.
- Jangan melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan, seperti mengendarai kendaraan, karena obat ini dapat menyebabkan kantuk, pusing, atau penglihatan buram.
- Jangan mengonsumsi minuman berakohol selama menjalani pengobatan dengan obat antikolinergik, karena bisa meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
- Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat, efek samping serius, atau overdosis setelah menggunakan obat antikolinergik.
Efek Samping dan Bahaya Obat Antikolinergik
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan obat antikolinergik adalah mulut kering, mata kering, denyut jantung cepat, pusing, kantuk, insomnia, sembelit, atau gelisah. Segera ke dokter jika efek samping yang telah disebutkan tidak kunjung mereda atau semakin memberat.
Anda juga harus segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat, atau efek samping yang lebih serius, seperti:
- Tidak bisa buang air kecil (retensi urine)
- Hilang ingatan
- Kejang
- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan buram atau pandangan kabur
- Hipertermia
- Halusinasi
- Delirium
Jenis Obat Antikolinergik
Obat antikolinergik bisa dibagi menjadi obat antikolinergik primer dan obat-obat lain yang memiliki efek antikolinergik. Dosis dan fungsinya akan berbeda-beda. Obat antikolinergik hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter. Berikut ini adalah uraian jenis obat antikolinergik:
Antikolinergik primer
Antikolinergik primer sering juga disebut sebagai antikolinergik murni. Obat-obatan yang termasuk ke dalam jenis ini memang digunakan untuk menghambat kerja asetilkoline pada beberapa kondisi khusus. Contoh-contoh obat yang termasuk di dalamnya adalah:
- Atropin, untuk mengatasi uveitis dan mengurangi produksi dan pengeluaran air liur dan lendir di saluran pernapasan, selama operasi
- Darifenacin, untuk mengatasi inkontinensia urine
- Aclidinium atau ipratropium untuk mengatasi gangguan pernapasan, seperti asma dan gejala radang paru kronis
- Trihexyphenidyl dan benztropine mesylate, untuk meredakan gejala penyakit Parkinson atau mengobati efek samping dari obat antipsikotik
- Oxybutynin, untuk mengobati akibat kandung kemih terlalu aktif (overactive bladders).
- Scopolamine, untuk mengatasi kram perut dan meredakan gejala penyakit irritable bowel sydndrome
- Glycopyrrolate, untuk mengurangi pengeluaran air liur berlebih akibat cerebral palsy
Obat-obatan lain yang mengandung antikolinergik
Obat-obatan yang termasuk ke dalam jenis ini memiliki aktivitas antikolinergik, tetapi umumnya digunakan untuk fungsi dan tujuan yang berbeda dengan jenis antikolinergik primer. Beberapa contoh obat yang termasuk dalam jenis ini adalah:
1. Antihistamin
Antihistamin merupakan obat yang ditujukan untuk meredakan gejala dan keluhan akibat reaksi alergi. Namun, beberapa jenis obat di dalam golongan ini memiliki aktivitas atau efek antikolinergik, sehingga bisa digunakan untuk meredakan mual atau muntah akibat mabuk perjalanan. Obat antihistamin yang memiliki efek antikolinergik adalah:
- Brompheniramine
- Doxylamine
- Chlorpheniramine
- Cyproheptadine
- Diphenhydramine
- Meclizine
- Dimenhydrinate
- Promethazine
- Hydroxyzine
2. Antipsikotik
Obat antipsikotik digunakan untuk membantu meredakan gejala psikosis akibat skizofrenia atau gangguan mental lain. Obat ini hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter.
Jenis obat antipsikotik yang memiliki efek antikolinergik antara lain:
- Chlorpromazine
- Mesoridazine
- Clozapine
- Olanzapine
- Thioridazine
- Quetiapine
3. Antidepresan Trisiklik
Antidepresan trisiklik ditujukan untuk meredakan gejala depresi dan bipolar. Selain itu, kelompok obat ini juga bisa digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif, gangguan cemas, post-traumatic stress disorder (PTSD), atau serangan panik.
Obat golongan antidepresan trisiklik yang memiliki efek antikolinergik adalah:
- Amitriptyline
- Amoxapine
- Clomipramine
- Desipramine
- Doxepin
- Nortriptyline
- Imipramine
- Protriptyline
4. Antispasmodik
Antispasmodik umumnya diresepkan dokter untuk mengontrol gejala pada penderita sindrom iritasi usus. Obat antispasmodik yang memiliki efek antikolinergik meliputi:
- Clidinium
- Dicyclomine
- Hyoscyamine
- Propantheline
5. Obat Midriatikum
Midriatikum adalah kelompok obat yang digunakan untuk melebarkan pupil mata. Obat ini biasanya digunakan sebelum pemeriksaan mata dan untuk mengobati uveitis atau peradangan mata.
Jenis-jenis obat midriatikum yang mempunyai efek antikolinergik meliputi:
- Cyclopentolate
- Homatropine
- Tropicamide
- Atropin
Selain obat-obat di atas, masih ada lagi beberapa obat yang juga memiliki efek antikolinergik, misalnya carbamazepine, cyclobenzaprine, atau orphenadrine. Carbamazepine digunakan untuk mengontrol dan mencegah kejang akibat epilepsi, sedangkan cyclobenzaprine dan orphenadrine untuk meredakan kejang otot.