Braxidin adalah obat untuk meredakan nyeri perut akibat kram di lambung, usus, atau kandung kemih. Obat ini dapat digunakan dalam pengobatan sindrom iritasi usus besar, tukak lambung, radang usus, dan batu ginjal. Braxidin mengandung chlordiazepoxide-clidinium dalam sediaan tablet.
Dalam satu tablet Braxidin terkandung 5 mg chlordiazepoxide dan 2,5 mg clidinium. Clidinium tergolong sebagai obat antispasmodik dan antikolinergik yang dapat melemaskan otot di lambung, usus, dan kandung kemih yang sedang kram. Clinidium juga dapat menurunkan asam lambung.
Sementara itu, chlordiazepoxide merupakan obat benzodiazepine yang menghasilkan efek tenang. Obat ini dapat meredakan stres dan cemas yang sering kali menyertai kram di perut. Braxidin juga bisa digunakan sebagai obat nyeri haid.
Apa Itu Braxidin
Bahan aktif | Chlordiazepoxide-clidinium |
Golongan | Obat resep |
Kategori | Antikolinergik atau antispasmodik |
Manfaat | Meredakan kram perut akibat gangguan pencernaan, seperti sindrom iritasi usus besar, tukak lambung, dispepsia, atau radang usus. |
Mengurangi kram perut saat menstruasi. | |
Dikonsumsi oleh | Dewasa ≥18 tahun |
Braxidin untuk ibu hamil | Trimester 1 kehamilan |
Kategori D: Ada bukti bahwa chlordiazepoxide-clidinium berisiko terhadap janin manusia. Namun, obat dalam kategori ini masih mungkin digunakan ketika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa. | |
Trimester 2 dan 3 kehamilan | |
Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping chlordiazepoxide-clidinium terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil. | |
Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. | |
Braxidin untuk ibu menyusui | Obat yang mengandung chlordiazepoxide-clidinium, seperti Braxidin, tidak disarankan untuk ibu menyusui. Obat ini juga mungkin bisa menghambat produksi ASI dan menyebabkan efek samping pada bayi yang menyusu. |
Bentuk obat | Tablet |
Peringatan sebelum Mengonsumsi Braxidin
Hal penting yang perlu Anda perhatikan sebelum menggunakan Braxidin sebagai obat kram perut antara lain:
- Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Braxidin tidak boleh dikonsumsi oleh orang yang alergi terhadap kandungan di dalam obat ini.
- Informasikan kepada dokter jika Anda sedang mengalami glaukoma, pembesaran kelenjar prostat, myasthenia gravis, obstruksi usus, atau kesulitan berkemih. Braxidin tidak boleh digunakan oleh orang yang mengalami kondisi tersebut.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang atau pernah menderita gangguan perdarahan, penyakit liver, hernia hiatus, hipertiroidisme, penyakit ginjal, porfiria, penyakit paru-paru, hipertensi, atau penyakit jantung.
- Informasikan kepada dokter jika Anda pernah atau sedang mengalami kecanduan alkohol; penyalahgunaan NAPZA; atau gangguan mental, seperti depresi, psikosis, atau skizofrenia. Beri tahu juga jika Anda pernah melakukan percobaan bunuh diri.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, berencana hamil, atau mungkin sedang hamil selama menjalani pengobatan dengan Braxidin. Kandungan obat ini dapat membahayakan janin jika terjadi kehamilan.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang dalam masa menyusui. Obat yang mengandung chlordiazepoxide-clidinium, seperti Braxidin, berisiko menghambat produksi ASI dan menyebabkan efek samping pada bayi yang menyusu.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk, suplemen dan produk herbal. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
- Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan setelah minum Braxidin. Kandungan obat ini menimbulkan kantuk, pusing, dan penglihatan buram sehingga bisa memicu Anda terjatuh atau mengalami kecelakaan maupun cedera berat.
- Informasikan kepada dokter bahwa Anda sedang menggunakan Braxidin jika direncanakan untuk menjalani operasi, termasuk operasi gigi.
- Hindari cuaca panas dan aktivitas yang menyebabkan banyak berkeringat selama menjalani terapi dengan chlordiazepoxide-clidinium. Obat ini dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk berkeringat sehingga bisa memicu terjadinya heat stroke.
- Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang berat setelah minum Braxidin.
Dosis dan Aturan Pakai Braxidin
Dosis Braxidin yang diberikan oleh dokter akan disesuaikan dengan usia pasien. Berikut rinciannya:
- Dewasa: 1 tablet, 3–4 kali sehari.
- Lansia: 1 tablet, 1–2 kali sehari. Dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan instruksi dokter hingga mencapai dosis yang paling efektif.
Cara Mengonsumsi Braxidin dengan Benar
Gunakan Braxidin sesuai anjuran dokter dan aturan pakai yang tertera pada kemasan. Jangan menambah atau mengurangi dosis yang dikonsumsi tanpa sepengetahuan dokter. Penggunaan Braxidin yang tidak sesuai resep dokter dapat menimbulkan kecanduan hingga overdosis yang berakhir dengan kematian.
Berikut adalah cara menggunakan Braxidin dengan benar:
- Konsumsilah Braxidin saat perut kosong, idealnya 30–60 menit sebelum makan dan pada malam hari sebelum tidur.
- Telan tablet Braxidin dengan bantuan segelas air putih.
- Jika Anda lupa mengonsumsi Braxidin, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, bila waktu minum obat berikutnya sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
- Patuhi jadwal kontrol yang ditentukan oleh dokter agar kondisi Anda dan hasil terapi bisa terpantau. Segera beri tahu dokter jika Anda merasa membutuhkan Braxidin lebih banyak dari biasanya.
- Konsultasikan dengan dokter sebelum berhenti menggunakan Braxidin, terutama jika Anda sudah mengonsumsi obat ini selama beberapa hari atau minggu. Tujuannya adalah untuk menghindari munculnya gejala putus obat, seperti cemas, tremor, halusinasi, atau pikiran untuk menyakiti diri sendiri.
- Simpan Braxidin di tempat bersuhu ruangan. Jangan menyimpannya di tempat yang lembap dan panas. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Braxidin dengan Obat Lain
Mengingat Braxidin mengandung chlordiazepoxide-clidinium, interaksi yang bisa terjadi jika produk ini digunakan secara bersamaan dengan obat lain meliputi:
- Peningkatan risiko terjadinya gangguan napas yang bisa berakibat fatal atau koma jika digunakan bersama obat golongan opioid, seperti oxycodone atau codeine
- Peningkatan risiko timbulnya gejala hipotensi, seperti pusing berat seperti akan pingsan, jika digunakan bersama furosemide
- Peningkatan efek samping kantuk, sulit konsentrasi, atau linglung jika digunakan dengan promethazine
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping kedua obat, yaitu berupa hipotensi, jika digunakan dengan metoprolol
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping chlordiazepoxide jika digunakan bersama cimetidine
Agar terhindar dari efek interaksi yang tidak diinginkan, selalu beri tahu dokter jika hendak menggunakan obat apa pun bersama Braxidin.
Efek Samping dan Bahaya Braxidin
Konsumsi tablet Braxidin dapat menimbulkan efek samping berupa kantuk, mulut kering, dan sembelit. Selain itu, penggunaan obat yang mengandung chlordiazepoxide-clidinium, seperti Braxidin, berisiko menimbulkan efek samping di bawah ini:
- Mual
- Perut kembung
- Sembelit atau konstipasi
- Mata kering
- Mulut kering
- Pusing
- Lemas atau lelah
Efek samping di atas umumnya ringan dan bisa membaik dengan penanganan sederhana. Jika Braxidin menyebabkan mulut kering, isaplah permen dan perbanyak minum air putih. Untuk mencegah konstipasi, konsumsilah makanan berserat setiap hari dan berolahragalah secara rutin.
Bila perlu, mintalah saran dokter mengenai penggunaan obat laksatif saat timbul sembelit. Diskusikan juga dengan dokter mengenai penggunaan obat tetes air mata buatan untuk mengatasi mata kering yang mungkin timbul selama terapi dengan Braxidin.
Hubungi dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung membaik atau makin parah. Segera ke IGD jika setelah minum Braxidin Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius berikut ini:
- Muncul pikiran atau upaya menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
- Depresi, linglung, paranoid
- Mata nyeri, kemerahan, dan bengkak; gangguan penglihatan, seperti muncul lingkaran pelangi saat melihat cahaya pada malam hari
- Gejala infeksi, seperti demam, menggigil, atau sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh
- Gangguan fungsi hati, yang gejalanya bisa berupa urine berwarna gelap, mual atau muntah yang berat, lelah yang tidak seperti biasanya, atau penyakit kuning
- Gejala ataksia, seperti anggota tubuh bergerak dengan sendirinya atau malah sulit digerakkan
- Sulit berkemih
- Penurunan gairah seksual
- Siklus menstruasi tidak teratur
Carilah pertolongan medis jika Anda mengalami gejala reaksi alergi obat yang berat atau gejala overdosis, seperti napas lambat atau berat, kantuk berat atau sulit bangun dari tidur, bicara cadel atau tidak beraturan, serta penurunan kesadaran.