Gangguan elektrolit adalah kondisi ketika kadar elektrolit di dalam tubuh tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ketidakseimbangan kadar elektrolit ini dapat menimbulkan berbagai gejala, mulai dari mual, diare, hingga kram otot.
Di dalam tubuh manusia, terdapat beberapa jenis elektrolit, yaitu natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfat, dan fosfor. Elektrolit-elektrolit tersebut bisa didapatkan dari makanan, minuman, serta suplemen.
Elektrolit dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga organ-organ di dalam tubuh agar berfungsi secara normal. Beberapa fungsi tubuh yang dipengaruhi elektrolit adalah irama jantung serta mendukung kerja saraf dan otot.
Penyebab Gangguan Elektrolit
Penyebab gangguan elektrolit berbeda-beda, tergantung dari jenis elektrolit itu sendiri. Sebagai contoh, penyebab kekurangan fosfat akan berbeda dengan penyebab kekurangan magnesium.
Kendati demikian, gangguan elektrolit umumnya terjadi akibat hilangnya cairan tubuh secara berlebihan, misalnya akibat luka bakar yang luas, berkeringat sangat banyak, diare, atau muntah terus menerus. Beberapa jenis obat juga dapat menyebabkan efek samping berupa gangguan elektrolit.
Berikut ini adalah berbagai jenis elektrolit serta faktor-faktor yang dapat menyebabkan kadarnya di dalam tubuh terganggu:
1. Fosfat
Fosfat berfungsi untuk menguatkan tulang dan gigi, menghasilkan energi, serta membentuk lapisan sel. Jika kadar fosfat di dalam tubuh berlebihan (hiperfosfatemia) bisa menimbulkan masalah pada otot dan tulang, serta meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.
Hiperfosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
- Kelenjar paratiroid yang kurang aktif (hipoparatiroidisme)
- Kadar kalsium yang rendah (hipokalsemia)
- Gagal ginjal kronis
- Sesak napas
- Cedera otot
- Komplikasi akibat pengobatan kanker (sindrom tumor lisis)
- Konsumsi makanan atau obat pencahar yang mengandung fosfat secara berlebihan
Sementara itu, kekurangan fosfat atau hipofosfatemia dapat terjadi karena faktor berikut ini:
- Malnutrisi berat akibat anoreksia atau kelaparan
- Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan
- Luka bakar yang parah
- Ketoasidosis diabetik (komplikasi diabetes)
- Kekurangan vitamin D
- Kelenjar paratiroid yang terlalu aktif (hiperparatiroidisme)
- Diare kronis
Hipofosfatemia juga dapat disebabkan oleh konsumsi obat tertentu, seperti zat besi, niacin (vitamin B3), obat maag jenis antasida, diuretik, atau obat asma.
2. Klorida
Klorida adalah jenis elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam darah dan meneruskan impuls saraf. Kadar klorida diatur oleh ginjal. Oleh karena itu, ketidakseimbangan klorida mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelebihan kadar klorida (hiperkloremia) di dalam tubuh adalah:
- Gangguan pH darah (asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik)
- Konsumsi acetazolamide dalam jangka panjang
Sementara itu, kekurangan klorida (hipokloremia) dapat terjadi karena faktor-faktor di bawah ini:
- Menderita diare atau muntah berkepanjangan
- Menderita penyakit paru-paru kronis, seperti emfisema
- Menderita gagal jantung
- Mengalami gangguan pH darah (alkalosis metabolik)
- Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau kortikosteroid
3. Sodium/Natrium
Natrium berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, serta mengatur fungsi saraf dan kontraksi otot. Sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kelebihan natrium (hipernatremia) adalah:
- Dehidrasi berat
- Kehilangan cairan tubuh karena demam atau olahraga berlebihan
- Diare
- Muntah-muntah
- Penyakit pernapasan kronis, seperti bronkitis
- Konsumsi obat kortikosteroid
Sementara itu, kekurangan sodium/natrium (hiponatremia) dapat terjadi akibat beberapa faktor berikut ini:
- Malnutrisi
- Gangguan kelenjar tiroid, adrenal, atau hipotalamus
- Gagal ginjal
- Gagal jantung
- Kecanduan alkohol
- Konsumsi obat diuretik atau antikonvulsan
4. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot, dan sel tubuh. Kalsium juga berguna untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang. Meski demikian, kelebihan kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia) dapat menimbulkan berbagai gejala, di antaranya sakit kepala, tubuh lemas, mual, muntah, dan nyeri tulang.
Seseorang berisiko mengalami hiperkalsemia jika memiliki kondisi di bawah ini:
- Penyakit ginjal
- Gangguan tiroid, misalnya hiperparatiroidisme
- Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti lithium, teofilin, atau diuretik
- Penyakit paru-paru, seperti tuberkulosis (TBC) atau sarkoidosis
- Jenis kanker tertentu, seperti kanker paru-paru dan kanker payudara
- Konsumsi antasida atau suplemen vitamin D secara berlebihan
Perlu diketahui bahwa kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi kesehatan, karena dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi akibat:
- Pankreatitis
- Gagal ginjal
- Kanker prostat
- Kekurangan vitamin D
- Konsumsi obat heparin atau antikonvulsan
5. Kalium
Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga fungsi saraf dan otot. Kadar kalium di dalam tubuh dapat melebihi normalnya (hiperkalemia) jika seseorang:
- Menderita gagal ginjal
- Menderita dehidrasi berat
- Mengonsumsi obat diuretik atau obat penurun tekanan darah
- Menderita komplikasi diabetes, seperti ketoasidosis diabetik
Sebaliknya, seseorang berisiko mengalami kekurangan kadar kalium (hipokalemia) apabila:
- Menderita gangguan makan
- Mengalami dehidrasi
- Menderita muntah dan diare
- Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau insulin
6. Magnesium
Magnesium adalah mineral penting yang berfungsi untuk mengatur fungsi saraf, tekanan darah, dan kadar gula darah. Magnesium juga berperan dalam menjaga kesehatan jantung, menghasilkan energi bagi tubuh, dan menjaga kesehatan tulang.
Kelebihan kadar magnesium (hipermagnesemia) dapat menyebabkan otot menjadi lemah, refleks lambat, mudah mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah, denyut jantung lambat atau tidak teratur, napas lebih lambat dari biasanya, bahkan pingsan.
Seseorang berisiko mengalami hipermagnesemia jika:
- Mengalami overdosis suplemen magnesium
- Menderita gagal ginjal
- Mengonsumsi obatan-obatan tertentu, seperti antasida, lithium, obat pencahar, dan obat pereda nyeri
- Menderita penyakit tertentu, misal hipotiroidisme dan penyakit Addison
- Mengalami luka bakar luas
Tak hanya kelebihan, kekurangan magnesium (hipomagnesemia) juga dapat menimbulkan beragam gangguan kesehatan, di antaranya tremor, kedutan otot, insomnia, kesemutan, mati rasa, jantung berdebar (takikardia), bingung, dan kejang.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipomagnesemia:
- Gagal jantung
- Malnutrisi
- Penggunaan diuretik, insulin, atau obat kemoterapi
- Diare kronis
- Kecanduan alkohol
Faktor risiko gangguan elektrolit
Gangguan elektrolit bisa terjadi pada siapa saja, tetapi orang dengan kondisi di bawah ini lebih rentan untuk mengalaminya:
- Menderita gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia
- Memiliki masalah pencernaan yang menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi (malabsorbsi)
- Mengalami gangguan pada kelenjar tiroid, paratiroid, atau adrenal
- Mengalami kondisi yang menyebabkan kehilangan banyak cairan, seperti luka bakar luas, muntah-muntah, diare, atau berkeringat banyak
- Menderita gagal jantung, penyakit ginjal, atau sirosis
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, antibiotik, obat kemoterapi, dan diuretik
- Mengalami kecanduan alkohol
Gejala Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala biasanya mulai muncul ketika kondisi sudah makin berat.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat timbul akibat ketidakseimbangan kadar elektrolit di dalam tubuh:
- Sakit kepala
- Lemas
- Mual
- Muntah
- Diare
- Sembelit
- Detak jantung cepat
- Kram otot
- Sering buang air kecil
- Kejang
- Kesemutan
- Mati rasa
- Linglung
- Cemas atau gelisah (agitasi)
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter jika Anda merasakan gejala gangguan elektrolit, terutama jika memiliki faktor risiko kondisi ini. Pasalnya, gangguan elektrolit yang tidak secepatnya ditangani bisa menimbulkan masalah kesehatan serius, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Diagnosis Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit dapat diketahui melalui pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah, untuk mengukur kadar elektrolit dan memeriksa fungsi ginjal
- Tes urine, untuk mengukur kadar pada beberapa jenis elektrolit (terbatas), seperti kalsium, klorida, potassium, dan sodium
- Elektrokardiogram (EKG), untuk mengukur irama jantung pada kasus gangguan elektrolit berat
Namun, diagnosis gangguan elektrolit saja tidak cukup. Penyebab gangguan elektrolit juga harus diketahui agar bisa diatasi. Untuk itu, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami, penyakit yang pernah atau sedang diderita, dan obat yang sedang dikonsumsi pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk tes refleks dan kekuatan otot. Pemeriksaan penunjang lain juga bisa dilakukan, tergantung pada kondisi kesehatan pasien.
Pengobatan Gangguan Elektrolit
Pengobatan gangguan elektrolit tergantung pada jenis elektrolit di dalam tubuh yang mengalami ketidakseimbangan dan penyebab yang mendasarinya. Namun, tujuan pengobatannya sama, yaitu untuk mengembalikan keseimbangan kadar elektrolit di dalam tubuh.
Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengembalikan keseimbangan kadar elektrolit di dalam tubuh adalah:
- Pemberian cairan infus yang mengandung elektrolit
- Pemberian suplemen untuk mengatasi gangguan elektrolit yang bersifat ringan
- Pemberian obat yang dapat menurunkan kadar elektrolit berlebih atau menghambat pembuangan elektrolit dari tubuh sehingga kadar elektrolit tubuh bisa seimbang
Jika kondisi pasien tidak juga membaik dengan tindakan di atas, dokter dapat menyarankan prosedur khusus, seperti hemodialisis (cuci darah), agar kadar elektrolit darah kembali seimbang.
Komplikasi Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang serius jika tidak segera ditangani. Beberapa komplikasi tersebut adalah:
- Henti jantung
- Pembengkakan otak atau edema serebri
- Kejang
- Koma
Pencegahan Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit tidak selalu dapat dicegah. Namun, Anda dapat mengurangi risiko terjadinya gangguan elektrolit dengan cara:
- Mengonsumsi minuman elektrolit atau oralit ketika mengalami diare atau muntah
- Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih yang cukup setiap hari, terutama saat sedang melakukan aktivitas yang berat
- Mengonsumsi obat sesuai dengan resep dokter
- Menjalani kontrol rutin sesuai dengan jadwal yang ditentukan dokter jika memiliki penyakit kronis, seperti penyakit ginjal atau sirosis