MSG adalah bahan atau bumbu untuk menambahkan umami atau rasa gurih pada makanan. Penggunaan MSG dalam takaran yang tepat dapat memperkuat rasa alami pada masakan. Dengan demikian, makanan terasa lebih lezat dan menggugah selera.

MSG dikenal luas dengan sebutan micin, mecin, vetsin, atau garam Cina. Bumbu serbaguna ini telah digunakan di berbagai negara sejak berabad-abad silam. Dari ibu rumah tangga, koki restoran, produsen makanan, sampai pedagang kaki lima, hampir semuanya menggunakan MSG sebagai bumbu pelezat masakan.

MSG

Meski demikian, tidak sedikit orang yang menganggap MSG berdampak buruk bagi kesehatan. Istilah “generasi micin” pun seakan mengamini mitos bahwa MSG bikin anak jadi bodoh. Agar tidak terjebak dalam persepsi yang belum tentu benar, pahami terlebih dahulu apa itu MSG beserta fakta-fakta medisnya.

Apa Itu MSG

MSG merupakan singkatan dari monosodium glutamate. MSG berbentuk butiran kristal putih yang mirip dengan garam atau gula. Butiran micin ini mudah larut dalam air dan dicerna oleh tubuh.

MSG pertama kali diproduksi menggunakan ekstrak kaldu rumput laut melalui proses kristalisasi. Seiring perkembangan zaman, MSG bisa terbuat dari bahan baku lain, seperti pati jagung atau gandum, gula bit, tebu, atau molase (produk sampingan gula) yang diproses dengan teknik fermentasi.

MSG terdiri dari natrium dan asam glutamat. Natrium merupakan satu dari dua unsur pada garam dapur. Sementara itu, asam glutamat adalah asam amino nonesensial, yang dihasilkan secara alami oleh tubuh manusia, tetapi juga dapat ditemukan dalam protein hewani dan protein nabati.

Kehadiran MSG melahirkan rasa baru yang disebut umami. Dalam bahasa Jepang, umami berarti “rasa gurih nan lezat”. Rasa gurih merupakan salah satu dari lima rasa dasar yang bisa dicicipi oleh lidah, selain asin, manis, pahit, dan asam.

MSG bekerja dengan cara merangsang sensor-sensor pengecap rasa yang terdapat pada bagian lidah. Cara ini bisa membangkitkan rasa alami pada makanan sehingga muncul sensasi enak atau gurih di lidah. MSG juga meningkatkan produksi air liur sehingga membuat rasa makanan jadi tersebar dengan merata di permukaan lidah.

Contoh Makanan yang Mengandung MSG

MSG terbagi menjadi dua bentuk, yaitu alami dan sintetis. Micin alami adalah MSG yang secara natural terkandung dalam makanan berprotein tinggi dan beberapa jenis tumbuhan.

Beberapa makanan sumber MSG alami meliputi:

  • Daging sapi
  • Daging ayam
  • Seafood, seperti salmon, makerel, kepiting, tiram, atau udang
  • Keju, termasuk keju parmesan dan keju cheddar
  • Rumput laut
  • Sayuran, seperti jamur, kedelai, tomat, bawang, dan brokoli

Sementara itu, MSG sintetis adalah micin yang berbentuk seperti garam dan diproduksi di pabrik. Produk inilah yang kita temukan di pasar, supermarket, maupun toko kelontong. MSG sintetis juga ditemukan dalam makanan-makanan olahan yang diproduksi di pabrik, seperti:

  • Daging olahan, seperti nugget, sosis, kornet, sarden kalengan
  • Mie instan
  • Fast food atau makanan cepat saji 
  • Makanan ringan atau makanan ekstrudat, seperti keripik kentang atau snack sereal
  • Condiment atau bumbu pelengkap, seperti saus tomat, saus tiram, dan mayones
  • Frozen food atau makanan beku

Selain monosodium glutamate, MSG pada makanan olahan juga punya nama lain, yaitu:

  • Monosodium L-Glutamate
  • Mononatrium L-Glutamate
  • Perasa alami
  • Ekstrak ragi
  • Ekstrak kedelai
  • Hidrolisat ragi
  • Isolat protein
  • Protein nabati terhidrolisis

Sebelum Anda membeli makanan, pastikan untuk membaca keterangan pada label kemasan produk. Dengan begitu, Anda akan mengetahui komposisi produk tersebut, termasuk kandungan MSG di dalamnya.

Manfaat MSG untuk Kesehatan

Manfaat MSG yang utama adalah memberi rasa gurih sehingga olahan makanan terasa enak. MSG juga mampu meningkatkan rasa alami dari makanan itu sendiri, termasuk asin dan manis. Sebagai contoh, dengan menambahkan MSG pada sup ayam, rasa rempah-rempah, daging ayam, dan sayur pada sup tersebut akan makin terasa.

Jika digunakan dalam takaran yang pas, penambahan MSG pada makanan bergizi dapat membawa manfaat untuk kesehatan tubuh. Berikut beberapa kegunaan lain dari MSG: 

Meningkatkan selera makan

Rasa gurih dari micin bisa mendongkrak selera makan. Hal ini karena MSG bisa merangsang produksi air liur dan meningkatkan rasa alami dari makanan sehingga makanan terasa lebih enak. 

Efek baik dari MSG ini sangat bermanfaat bagi orang yang malas makan atau tidak nafsu makan, terutama orang yang sedang sakit atau lansia yang cenderung susah makan.

Mengoptimalkan asupan nutrisi dari makanan

Penurunan fungsi indera perasa yang terjadi pada orang lanjut usia atau orang yang sedang sakit bisa menyebabkan makanan yang mereka makan terasa hambar atau tidak enak. Alhasil, selera makan mereka pun hilang. 

Menambahkan MSG ke dalam makanan harian dapat meningkatkan selera makan dan memastikan nutrisi tetap masuk dengan optimal. Hal ini bisa mendukung penyembuhan pada orang yang sedang sakit dan mencegah terjadinya pengurangan massa otot (sarkopenia) pada lansia.

Mengurangi penggunaan garam atau natrium

Sering mengonsumsi makanan yang mengandung garam dapat memicu hipertensi beserta komplikasinya. Salah satu cara untuk mengurangi asupan garam adalah dengan menambahkan MSG ke dalam masakan.

Kandungan natrium dalam MSG hanya dari kandungan natrium pada garam dapur. Berdasarkan penelitian, mengganti sebagian garam dengan micin pada masakan bisa mengurangi konsumsi garam hingga 40% tanpa mengurangi kelezatannya. Rasa gurih dari micin juga bisa mengurangi keinginan untuk mengonsumsi makanan yang asin.

Penting untuk diingat bahwa manfaat MSG untuk kesehatan akan lebih optimal jika dipakai untuk membumbui makanan yang sehat. Di samping itu, micin juga sebaiknya digunakan secukupnya saja sesuai kebutuhan.

Batas Aman Penggunaan MSG

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia telah menetapkan MSG sebagai pangan penguat rasa yang aman untuk dikonsumsi dalam takaran yang secukupnya. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat juga telah menggolongkan MSG sebagai bumbu masakan yang aman untuk dikonsumsi.

Rekomendasi batas aman penggunaan MSG dalam sehari bagi orang dewasa adalah 6 gram. Jumlah tersebut setara dengan 1½ sendok teh per hari. Namun, konsumsi MSG harian biasanya akan kurang dari batas tersebut meski tanpa dihitung. Hal ini karena MSG yang berlebihan juga akan menyebabkan makanan menjadi tidak enak.

Apabila ingin membatasi asupan MSG, utamakan untuk menghindari makanan olahan (highly atau ultra processed food) atau makanan ringan yang mengandung MSG. Pasalnya, jenis makanan ini tinggi kalori, rendah akan nutrisi, dan mengandung banyak bahan pengawet sehingga lebih bisa berdampak negatif pada kesehatan.  

Jika ingin mengurangi penggunaan MSG sintetis pada masakan, Anda bisa menggunakan bumbu penyedap alternatif yang memiliki MSG alami. Beberapa bahan yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti MSG adalah kecap, saus tiram, bawang putih bubuk, terasi, udang ebi kering, rumput laut, kaldu jamur, atau kaldu daging alami.

MSG alami dari bumbu-bumbu ini memiliki efek yang sama persis dengan MSG yang dibuat di pabrik.

Efek Samping dan Bahaya MSG

Seperti telah disebutkan di atas, ada anggapan buruk terhadap MSG. Hal ini berdasarkan laporan yang menyebutkan bahwa MSG bisa menimbulkan efek samping yang disebut MSG complex symptoms (gejala kompleks MSG) atau Chinese restaurant syndrome, seperti:

  • Mual
  • Keringat berlebih
  • Sakit kepala
  • Jantung berdebar
  • Tegang otot
  • Kaku maupun kesemutan di wajah atau leher
  • Nyeri dada
  • Sulit bernapas

Tidak hanya itu, MSG juga kerap dikaitkan dengan diabetes dan obesitas. Ada pula anggapan bahwa MSG dapat merusak sel-sel di otak. 

Faktanya, anggapan-anggapan tersebut tidak didukung oleh bukti yang kuat pada manusia, bahkan bertentangan dengan penelitian terbaru. Efek samping di atas diperkirakan hanya dialami oleh kurang dari 1% populasi, yaitu mereka yang sensitif terhadap MSG. 

Studi menunjukkan bahwa orang yang tidak sensitif terhadap MSG dapat mengalami efek samping jika mengonsumsi 3 gram MSG sekaligus tanpa makanan. Namun, hal ini tidak wajar dan tidak mungkin terjadi pada situasi sehari-hari.

Diketahui pula bahwa hanya sedikit MSG dari makanan yang masuk ke dalam aliran darah. Sebagian besar akan langsung dibuang setelah diserap usus dan melewati liver. Oleh karena itu, kemungkinan bumbu penyedap ini untuk memberikan dampak negatif pada organ dalam tubuh dan metabolisme sangatlah kecil. 

Selain itu, hampir semua studi mengenai efek samping MSG, termasuk efeknya terhadap fungsi otak, ginjal, maupun berat badan, hanya dilakukan pada hewan coba. Dosis pada studi ini juga di atas jumlah MSG yang normalnya dikonsumsi manusia. Dengan kata lain, studi ini tidak cukup relevan. 

Sebagaimana garam dan gula, MSG aman untuk digunakan sebagai bumbu masakan dalam takaran secukupnya. Hal terpenting yang sebenarnya perlu diperhatikan bukanlah kandungan MSGnya, melainkan pilihan makanannya. 

MSG dapat menjadi kawan atau lawan, tergantung pada dengan siapa ia dipasangkan. MSG pada makanan olahan yang mengandung banyak pengawet, tinggi kalori, atau rendah nutrisi dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan. Di sisi lain, penggunaan MSG pada makanan yang sehat justru dapat membawa manfaat bagi kesehatan. 

Baik itu dengan MSG alami maupun buatan, gunakan bumbu penyedap ini dengan bijak untuk membuat lauk yang sehat pada makanan harian. Anda bisa bertanya kepada dokter lewat chat mengenai macam-macam menu makanan yang sehat dan bergizi seimbang untuk keluarga.