Dokter akan terlebih dulu menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan skrining THT, yakni dengan melihat kondisi tenggorokan, hidung, dan telinga pasien menggunakan alat khusus.
Selanjutnya, dokter akan meraba leher pasien untuk mendeteksi pembengkakan kelenjar. Dokter juga akan menggunakan bantuan stetoskop untuk mendengarkan suara napas pasien.
Jika diperlukan, dokter akan melakukan tes usap tenggorokan atau swab test, dengan mengambil sampel lendir dari tenggorokan pasien. Sampel ini selanjutnya diteliti di laboratorium menggunakan metode kultur atau pemeriksaan molekular, seperti PCR.
Swab test umum dilakukan untuk mendeteksi berbagai infeksi virus dan bakteri. Melalui pengambilan sampel dengan metode swab test, keberadaan kuman yang menjadi penyebab sakit tenggorokan dapat terdeteksi.
Pada kasus sakit tenggorokan yang diduga disebabkan oleh efek samping obat atau infeksi mononukleosis, dokter akan memastikannya melalui tes darah.