Pada tahap awal, sirosis tidak menimbulkan gejala apa pun. Hal ini karena masih banyak sel hati yang berfungsi normal, meski ada sebagian yang sudah menjadi jaringan parut. Namun, seiring bertambahnya kerusakan hati, penderita akan mengalami gejala berikut:
- Lemas
- Perut kembung
- Nyeri perut
- Mual dan muntah
- Hilang nafsu makan
- Berat badan menurun
- Telapak tangan memerah
- Muncul tanda seperti sarang laba-laba di kulit
Bila sirosis makin parah, penderitanya dapat mengeluhkan gejala berupa:
- Perut membesar (asites)
- Kaki membengkak (edema)
- Mudah memar
- Peyakit kuning dan gatal-gatal
- BAB berdarah (melena) dan muntah darah
- Bicara kacau dan hilang kesadaran
Asites dan edema disebabkan oleh kadar albumin rendah (hipoalbuminemia) pada sirosis. Hal ini karena liver yang rusak sudah tidak dapat lagi memproduksi albumin secara optimal.
Selain gejala di atas, sirosis juga bisa menyebabkan terhentinya menstruasi pada wanita. Sedangkan pada pria, sirosis dapat menyebabkan penurunan gairah seks, payudara membesar (ginekomastia), dan penyusutan ukuran testis.
Kapan Harus ke Dokter
Sirosis merupakan tahap akhir dari penyakit liver yang sudah diderita sebelumnya. Penyebab penyakit liver itu sendiri bermacam-macam, tetapi yang paling sering adalah infeksi virus (hepatitis) dan konsumsi minuman beralkohol.
Bila Anda memiliki risiko untuk tertular penyakit hepatitis B, misalnya bekerja sebagai perawat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan vaksin hepatitis B, guna mencegah sirosis.
Bagi penderita penyakit liver, misalnya hepatitis B atau hepatitis C, dianjurkan untuk terus memantau penyakitnya dengan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter, guna mencegah atau mendeteksi sirosis lebih awal.
Segera periksakan diri ke dokter bila mengalami gejala-gejala sirosis yang telah disebutkan di atas. Jika terjadi muntah darah, BAB berdarah, atau penurunan kesadaran, segera ke IGD rumah sakit terdekat, karena kondisi tersebut dapat membahayakan nyawa.