Calcitriol adalah vitamin D bentuk aktif yang digunakan untuk mengatasi sekaligus mencegah terjadinya kekurangan kalsium dan penyakit tulang. Obat ini umumnya diresepkan kepada pasien gangguan ginjal kronis atau gangguan pada kelenjar yang memproduksi hormon pengatur kadar kalsium (paratiroid).
Calcitriol bekerja dengan cara membantu tubuh untuk menyerap lebih banyak kalsium dan mengatur produksi hormon paratiroid. Untuk hasil yang lebih baik, penggunaan calcitriol biasanya diiringi diet khusus dan terkadang dikombinasikan dengan suplemen atau obat lain.
Merek dagang calcitriol: Calcitriol, Calesco, Kolkatriol, Oscal, Ostovel, Ostriol, Triocol
Apa Itu Calcitriol
Golongan | Obat resep |
Kategori | Analog vitamin D |
Manfaat | Mengatasi dan mencegah kekurangan kalsium dan penyakit tulang pada penderita gangguan fungsi ginjal dan kelenjar paratiroid |
Dikonsumsi oleh | Dewasa dan anak-anak |
Calcitriol untuk ibu hamil dan menyusui |
Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Calcitriol dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter. |
Bentuk obat | Kapsul |
Peringatan Sebelum Mengonsumsi Calcitriol
Sebelum mengonsumsi calcitriol, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
- Jangan mengonsumsi calcitriol jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini.
- Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita hiperkalsemia (kadar kalsium tinggi di dalam darah), penyakit jantung koroner, ganggguan irama jantung, sindrom malabsorbsi, penyakit liver, atau penyakit ginjal, termasuk batu ginjal.
- Beri tahu dokter jika Anda baru menjalani operasi atau tirah baring dalam waktu yang lama, karena kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
- Pastikan untuk menghindari dehidrasi dengan memenuhi kebutuhan cairan harian selama menggunakan calcitriol.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain, termasuk produk herbal atau suplemen, untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
- Segera temui dokter jika muncul reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan calcitriol.
Dosis dan Aturan Pakai Calcitriol
Dosis calcitriol yang diresepkan dokter dapat berbeda pada tiap pasien. Berikut ini adalah dosis calcitriol berdasarkan kondisi dan usia pasien:
Kondisi: Hipokalsemia atau gangguan tulang pada pasien gagal ginjal kronis
- Dewasa: 0,25 mcg, 1 kali sehari atau 1 kali tiap 2 hari.
- Anak-anak: 0,25–2 mcg, 1 kali sehari.
Kondisi: Hipoparatiroid
- Dewasa: 0,25 mcg, 1 kali sehari. Dosis pemeliharaan 0,5–2 mcg, 1 kali sehari.
- Anak-anak usia <1 tahun: 0,04–0,08 mcg/kgBB, 1 kali sehari.
- Anak-anak usia 1–5 tahun: 0,25–0,75 mcg, 1 kali sehari.
- Anak-anak usia >6 tahun: 0,5–2 mcg, 1 kali sehari.
Kondisi: Hiperparatiroidisme sekunder akibat gangguan fungsi ginjal
- Dewasa: 0,25–0,5 mcg, 1 kali sehari.
- Anak-anak usia <3 tahun: 0,01–0,015 mcg/kgBB 1 kali sehari.
- Anak-anak usia ≥3 tahun: 0,25–0,5 mcg, 1 kali sehari.
Kondisi: Osteoporosis terkait menopause
- Dewasa: 0,25 mcg 2 kali sehari
Cara Mengonsumsi Calcitriol dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada label kemasan obat sebelum mengonsumsi calcitriol. Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Calcitriol dapat dikonsumsi setelah atau sebelum makan. Konsumsilah calcitriol secara teratur di waktu yang sama setiap harinya agar efeknya maksimal.
Jika Anda sedang mengonsumsi mineral oil, orlistat, atau pengikat asam empedu, seperti cholestyramine atau colestipol, beri jarak 2 jam antara konsumsi obat-obat tersebut dengan calcitriol.
Tetap minum obat ini bahkan jika Anda merasa sehat. Jangan berhenti minum obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Jika lupa mengonsumsi calcitriol, disarankan untuk segera melakukannya bila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Calcitriol memerlukan kalsium agar dapat bekerja efektif. Namun, kelebihan kalsium dapat menyebabkan hiperkalsemia yang berbahaya. Oleh karena itu, pengguna calcitriol perlu menjalani diet khusus agar tubuh menerima asupan kalsium harian yang cukup dan tidak berlebih.
Pengguna calcitriol disarankan untuk mendapatkan asupan kalsium minimal 600 mg per hari dari makanan. Sementara pasien yang sedang menjalani dialisis atau cuci darah perlu menjalani diet rendah fosfat. Oleh sebab itu, ikuti saran dokter atau ahli gizi untuk memastikan bahwa Anda menerima asupan kalsium harian yang cukup.
Simpan calcitriol di suhu ruangan dan dalam wadah tertutup agar tidak terkena paparan sinar matahari, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Calcitriol dengan Obat Lain
Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan calcitriol dengan obat-obatan lainnya:
- Peningkatan risiko terjadinya hiperkalsemia jika digunakan dengan diuretik thiazide, seperti hydrochlorothiazide
- Peningkatan risiko terjadinya hipermagnesemia pada pasien yang sedang menjalani cuci darah jika digunakan dengan obat yang mengandung magnesium, seperti antasida
- Penurunan penyerapan calcitriol jika digunakan dengan cholestyramine atau sevelamer
- Penurunan efektivitas carcitriol jika digunakan dengan carbamazepine, phenobarbital, phenytoin, atau kortikosteroid
- Peningkatan risiko terjadinya aritmia jika digunakan dengan obat digitalis, seperti digoxin
- Peningkatan risiko terjadinya overdosis atau hipervitaminosis jika digunakan dengan produk lain yang mengandung vitamin D
Efek Samping dan Bahaya Calcitriol
Calcitriol jarang menyebabkan efek samping. Namun, efek samping berikut mungkin timbul setelah mengonsumsi calcitriol:
- Sakit kepala
- Kantuk
- Mulut kering
- Nyeri perut
- Mual dan muntah
- Sembelit atau konstipasi
- Hilang nafsu makan
- Nyeri otot
- Berat badan menurun
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika muncul keluhan di atas. Selain itu, segera ke IGD jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau gejala hiperkalsemia, seperti rasa lelah yang tidak biasa, linglung, nyeri tulang, detak jantung tidak teratur, atau sering buang air kecil.