Diabetes insipidus adalah kondisi yang ditandai dengan selalu merasa haus dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak, bahkan hingga 20 liter dalam sehari. Meski nama dan gejala utamanya mirip dengan diabetes melitus, kedua kondisi ini sebenarnya sangat berbeda.
Diabetes insipidus dan diabetes melitus sama-sama menimbulkan gejala sering minum dan sering buang air kecil. Namun, tidak seperti diabetes melitus, diabetes insipidus tidak terkait dengan kadar gula dalam darah. Proses munculnya kondisi ini juga tidak terkait dengan pola makan atau gaya hidup seperti diabetes melitus pada umumnya.
Dibandingkan dengan diabetes melitus, diabetes insipidus merupakan penyakit yang cukup jarang terjadi.
Penyebab dan Gejala Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus terjadi akibat gangguan pada hormon antidiuretik yang membantu mengatur kadar cairan tubuh. Gangguan ini menyebabkan produksi urine menjadi berlebihan sehingga penderita menjadi sering buang air kecil dalam jumlah banyak.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan pada hormon antidiuretik adalah kelainan genetik, tumor otak, dan efek samping obat. Selain itu, diabetes insipidus juga bisa disebabkan oleh gangguan pada ginjal.
Diabetes insipidus ditandai dengan jumlah urine yang berlebihan. Umumnya, seseorang mengeluarkan 1–2 liter urine atau buang air kecil 4–7 kali dalam sehari. Namun, pada penderita diabetes insipidus, jumlah urine yang keluar setiap harinya bisa mencapai 3–20 liter dan buang air kecil dapat terjadi setiap 15–20 menit.
Pengobatan dan Pencegahan Diabetes Insipidus
Pengobatan diabetes insipidus tergantung pada penyebab dari gangguan hormon yang dialami penderita. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter adalah:
- Menyarankan pasien untuk banyak minum agar terhindar dari dehidrasi
- Meresepkan obat-obatan, seperti desmopressin, vasopressin, atau hydrochlorothiazide
Pasien juga disarankan untuk menjalani pola makan rendah protein dan rendah garam untuk membantu mengurangi produksi urine. Selain itu, pasien disarankan untuk selalu minum yang cukup, serta memantau jumlah dan frekuensi urine sehari-hari.
Pada sebagian besar kasus, diabetes insipidus tidak dapat dicegah. Terlebih lagi, kondisi ini sering kali berkaitan dengan penyakit lain yang kejadiannya sulit untuk diperkirakan, seperti kelainan genetik dan tumor.
Meski begitu, pasien tetap dapat mencegah dehidrasi dan mengontrol gejala yang timbul akibat diabetes insipidus dengan melakukan upaya-upaya berikut:
- Mencukupi asupan cairan dengan minum air putih minimal 2,5 liter per hari
- Mengurangi asupan garam dan protein sesuai saran dokter
- Mencuci tangan secara rutin dan mengonsumsi makanan yang matang untuk menghindari diare