Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, serta riwayat penyakit pasien dan keluarga. Selanjutnya, pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk melihat tanda-tanda dehidrasi, seperti kulit kering.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan menjalankan pemeriksaan lebih lanjut, meliputi:
Tes urine
Tes urine atau urinalisis bertujuan untuk melihat tingkat keenceran dan kepekatan urine. Dokter juga dapat meminta pasien untuk mengumpulkan urine dalam 1 hari agar terhitung seberapa banyak urine yang dikeluarkan selama 24 jam.
Tes darah
Tes darah bertujuan untuk untuk mengukur kadar gula darah dan elektrolit. Tes darah dapat membantu dokter membedakan apakah keluhan sering minum dan sering buang air kecil pada pasien disebabkan oleh diabetes insipidus atau diabetes melitus.
Melalui tes kadar ADH dalam darah, dokter juga dapat menentukan jenis diabetes insipidus yang diderita pasien.
Tes deprivasi air
Tes deprivasi air bertujuan untuk mengukur berat badan, kadar natrium dalam darah, dan jumlah urine, setelah pasien tidak minum selama beberapa waktu. Dokter juga akan mengukur kadar ADH dalam darah atau memberikan ADH sintetis selama tes ini berlangsung.
Tes hormon antidiuretik
Tes hormon antidiuretik (ADH) bertujuan untuk mengetahui reaksi tubuh pasien setelah diberikan suntik ADH. Prosedur ini dilakukan setelah tes deprivasi air.
Jika suntik ADH dapat mengurangi jumlah produksi urine pasien, dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki diabetes insipidus kranial akibat kekurangan ADH. Namun, jika pasien tetap memproduksi banyak urine, dapat diduga gangguan berasal dari ginjal (diabetes insipidus nefrogenik).
Magnetic resonance imaging (MRI)
Jika Anda diduga menderita diabetes insipidus kranial karena kerusakan pada hipotalamus atau kelenjar pituitari, dokter akan melakukan MRI untuk menyelidikinya lebih lanjut. Melalui MRI, dokter bisa melihat penyebab dari kerusakan tersebut.