Diagnosis keracunan makanan dapat dilakukan berdasarkan gejala yang muncul. Oleh karena itu, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan, sejak kapan gejala muncul, serta makanan apa yang telah dikonsumsi. Lalu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk mendeteksi tanda yang berbahaya, misalkan tanda dehidrasi.
Jika dibutuhkan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, di antaranya pemeriksaan feses dan pemeriksaan darah, untuk mengetahui bakteri atau parasit yang menjadi penyebab dari kondisi yang dialami.
Foto Rontgen dan lumbal pungsi juga dapat dilakukan, namun hanya jika dicurigai infeksi sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Komplikasi Keracunan Makanan
Komplikasi yang paling sering terjadi akibat keracunan makanan adalah dehidrasi akibat muntah dan diare yang dialami. Bayi, orang tua, dan penderita dengan sistem imun yang lemah berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi ini.
Selain itu, terdapat beberapa komplikasi yang bervariasi tergantung dari jenis kontaminannya, yaitu:
- Keguguran, bayi lahir prematur, kerusakan saraf, atau pertumbuhan terhambat akibat bakteri Listeria
- Sindrom hemolitik uremik karena infeksi bakteri coli jenis tertentu
- Sindrom Guillain-Barré akibat infeksi Campylobacter jejuni
- Botulisme akibat bakteri Clostridium botulinum