Untuk mendiagnosis skizofrenia, dokter akan menjalankan beberapa tahap pemeriksaan, yaitu tanya jawab, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kejiwaan, dan pemeriksaan penunjang.
Pada sesi tanya jawab, dokter akan mencari tahu terkait beberapa hal berikut:
- Riwayat kesehatan fisik dan mental pada pasien dan keluarganya
- Riwayat saat pasien masih berada dalam kandungan dan masa kecilnya
- Riwayat kejadian traumatis yang dialami penderita
- Riwayat pengobatan dan penyalahgunaan zat tertentu
Berdasarkan DSM–5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition), seseorang dapat dikatakan menderita skizofrenia apabila memiliki sejumlah kriteria berikut ini:
1. Pasien mengalami minimal dua dari sejumlah gejala berikut:
- Delusi atau waham
- Halusinasi
- Bicara kacau
- Perilaku kacau
- Gejala negatif
Setidaknya, satu dari dua gejala minimal yang harus ada adalah delusi, halusinasi, atau kekacauan dalam berbicara.
2. Gejala sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, sekolah, pekerjaan, atau kehidupan sosial pasien.
3. Gejala di atas harus dialami pasien setidaknya selama 6 bulan.
4. Gejala di atas bukan disebabkan oleh gangguan mental lain, seperti gangguan bipolar atau penyalahgunaan NAPZA.
Dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan kemungkinan gejala yang dialami pasien disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
- Tes darah lengkap
- Pemeriksaan fungsi hati, tiroid, dan ginjal
- Tes kadar elektrolit, gula darah, vitamin B12, vitamin D, asam folat, dan kalsium
- Pemeriksaan kehamilan, jika pasien adalah wanita usia subur
- Uji sampel urine untuk mendeteksi penyalahgunaan NAPZA
- MRI atau CT scan otak, untuk mendeteksi gangguan otak seperti hematoma subdural, vaskulitis, abses, atau tumor otak, yang mungkin bisa mendasari timbulnya skizofrenia