Dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan yang dirasakan pasien, riwayat kesehatan dan obat yang digunakan, serta riwayat penyakit dalam pada pasien dan keluarganya. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada bagian tubuh yang mengalami cedera atau keluhan.
Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala. Penderita osteoporosis biasanya datang ke dokter dengan keluhan patah tulang akibat jatuh atau terbentur. Pada kondisi ini, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bagian tulang yang patah untuk mendapat gambaran mengenai tingkat keparahannya.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:
- Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk melihat lebih jelas kondisi tulang yang patah
- Tes darah, untuk mengetahui kadar sel-sel darah, kadar elektrolit, dan kadar hormon, termasuk hormon tiroid, paratiroid, esterogen, dan testosteron
- Tes bone mineral density (BMD), untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan menentukan risiko terjadinya patah tulang
Tes BMD dilakukan dengan dual energy X-Ray absorptiometry (DXA) atau dengan quantitative computed tomography (QCT).
Pemeriksaan DXA lebih sering dilakukan untuk mendiagnosis osteoporosis. Adapun interpretasi dari hasil pemeriksaan ini adalah:
- Lebih dari -1 : Normal
- -1 sampai -2,5 : Kepadatan tulang rendah (osteopenia)
- Kurang dari -2,5 : Kemungkinan besar osteoporosis