Diagnosis asam urat adalah upaya yang dilakukan untuk memastikan penyebab keluhan yang dialami pasien. Umumnya, dokter dapat mendiagnosis penyakit asam urat hanya dengan melihat tanda-tanda fisik pada area sendi yang meradang dan menanyakan keluhan yang dialami pasien.
Namun, terkadang hasil pemeriksaan di atas belum cukup untuk memastikan diagnosis asam urat. Hal ini karena gejala asam urat mirip dengan pseudogout atau penyakit radang sendi lain. Oleh sebab itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi tes laboratorium dan pemindaian.
Beberapa Pemeriksaan untuk Diagnosis Asam Urat
Untuk mendiagnosis asam urat, dokter akan melakukan hal-hal berikut:
Tanya jawab dan pemeriksaan fisik
Pada tahap awal pemeriksaan, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan berikut kepada pasien:
- Keluhan yang dialami
- Seberapa sering gejala muncul
- Penyakit yang pernah diderita
- Obat-obatan yang sedang atau pernah digunakan
- Penyakit yang pernah dialami keluarga
Setelah tanya jawab, dokter akan melakukan tes fisik pada area sendi yang terkena asam urat atau benjolan tofus jika ada. Selain area sendi yang sakit, dokter juga akan memeriksa bagian tubuh lain. Tofus juga bisa muncul di tempat lain, seperti lutut, lengan, kaki belakang, atau telinga.
Pemeriksaan penunjang
Dalam menegakkan diagnosis asam urat, dokter akan menjalankan tes penunjang, seperti:
1. Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar asam urat. Hasil asam urat yang normal adalah ≤6 mg/dl untuk wanita dan ≤7 mg/dl untuk pria. Penderita asam urat memiliki kadar asam urat yang lebih dari batas tersebut.
Selain tes kadar asam urat, dokter juga mungkin akan menyarankan pemeriksaan fungsi ginjal dan tes gula darah. Hal ini karena hiperglikemia dan penurunan fungsi ginjal dapat terjadi bersamaan dengan asam urat.
Untuk pemeriksaan asam urat dan fungsi ginjal, biasanya tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan pasien. Namun, Anda mungkin perlu berpuasa jika dokter merencanakan tes gula darah.
Dokter akan mengambil sampel darah pasien menggunakan jarum, umumnya dari pembuluh darah di lengan. Tanyakan kepada dokter persiapan apa saja yang perlu dilakukan sebelum pengambilan darah untuk pemeriksaan ini.
2. Tes urine 24 jam
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kadar asam urat yang dikeluarkan melalui urine. Pasien akan diminta untuk mengumpulkan urine selama 24 jam.
Dokter akan membekali pasien wadah urine dan memberi tahu cara mengumpulkan urine pada wadah tersebut. Urine yang ditampung di wadah perlu disimpan di dalam kulkas hingga waktunya untuk diberikan kembali ke dokter.
Sebelum melakukan tes urine 24 jam, dokter mungkin akan meminta pasien untuk berhenti mengonsumsi obat-obatan atau tertentu, seperti aspirin, diuretik, ibuprofen, atau vitamin B3. Hal ini karena obat-obatan tersebut dapat memengaruhi hasil tes.
3. Tes cairan sendi
Tes cairan sendi bertujuan untuk mengidentifikasi kristal asam urat pada sendi. Cairan sendi akan diambil menggunakan jarum. Sebelumnya, Anda akan diberikan obat bius lokal agar tidak merasa sakit saat cairan diambil. Umumnya, tidak ada persiapan yang perlu dilakukan pasien sebelum pemeriksaan ini.
4. Foto Rontgen
Foto Rontgen sendi dilakukan untuk melihat struktur sendi secara lebih detail. Selama pemeriksaan, dokter akan mengubah posisi pasien sampai beberapa kali untuk mendapatkan gambar sendi dari banyak sisi.
Sebelum menjalani foto Rontgen, pasien perlu memberi tahu dokter bila sedang hamil. Selain itu, pasien mungkin perlu membuka pakaian dan aksesoris sebelum melakukan pemeriksaan.
5. USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kristal asam urat pada sendi dan tofus. Prosedur ini dilakukan dengan mengoleskan gel terlebih dahulu pada area yang akan diperiksa. Umumnya, pasien tidak perlu melakukan persiapan khusus sebelum USG.
Jika hasil diagnosis menyatakan pasien menderita penyakit asam urat, dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan kondisi pasien. Selain itu, dokter juga akan menganjurkan pasien untuk menjalani pola hidup sehat untuk mencegah asam urat kambuh.