Ketika anak mengalami thalasemia, ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi, yaitu:
1. Kelainan tulang
Thalasemia dapat menyebabkan tulang menjadi tipis dan rapuh (osteoporosis). Akibatnya, penderita thalasemia berisiko untuk mengalami patah tulang. Kondisi ini terjadi akibat sumsum tulang bekerja keras dalam memproduksi sel darah sehingga rongga sumsum tulang melebar.
2. Pembesaran limpa
Kerusakan sel darah merah akibat thalasemia dapat memaksa limpa bekerja lebih keras untuk menghancurkan sel darah yang rusak. Hal ini menyebabkan limpa makin membesar (splenomegali). Jika limpa membesar, bukan hanya sel darah rusak yang akan hancur, melainkan juga darah yang sehat dari pendonor.
3. Gangguan jantung
Thalasemia yang parah juga dapat menimbulkan gangguan jantung, karena jantung akan bekerja lebih keras sebagai bentuk kompensasi kurangnya darah pada tubuh. Gangguan jantung yang dapat terjadi antara lain gangguan irama jantung (aritmia) dan gagal jantung.
4. Pertumbuhan pada anak menjadi terhambat
Thalasemia dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lambat. Selain itu, anak juga akan terlambat mengalami pubertas.
Selain karena penyakitnya itu sendiri, penanganan thalasemia juga berisiko menyebabkan komplikasi. Penderita thalasemia yang memerlukan transfusi darah secara berulang dapat mengalami penumpukan zat besi di dalam tubuh. Kondisi ini akan menyebabkan kerusakan pada jantung, hati, pankreas, atau tulang.
Pada anak bayi, pemecahan sel darah merah yang berlebih dapat menyebabkan penyakit kuning. Jika tidak segera ditangani, hal ini dapat meningkatkan terjadinya komplikasi kernikterus.