Pengobatan tuberkulosis (TBC) adalah dengan patuh minum obat selama jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter. Jika pasien berhenti minum obat sebelum waktu yang disarankan, bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang biasa diberikan. Akibatnya, TBC menjadi lebih berbahaya dan akan lebih sulit diobati.
Obat TBC yang diminum merupakan kombinasi dari dua atau empat obat berikut:
- Isoniazid
- Rifampicin
- Pyrazinamide
- Ethambutol
Obat tersebut harus diminum secara rutin selama 6–9 bulan. Sama seperti obat-obat lain, obat TBC juga memiliki efek samping, antara lain:
- Warna urine menjadi kemerahan
- Penurunan efektivitas pil KB, KB suntik, atau susuk
- Gangguan penglihatan
- Gangguan saraf
- Gangguan fungsi hati
Untuk menghindari efek samping di atas, dokter akan menyesuaikan jenis dan dosis obat dengan organ yang terinfeksi. Dokter juga akan menyesuaikan pemberian obat dengan usia dan kondisi pasien, terutama pasien anak dan ibu hamil.
Pada penderita yang sudah kebal dengan kombinasi obat di atas, dokter akan memberikan kombinasi obat yang lebih banyak dan lebih lama. Lama pengobatan dapat mencapai 20–30 bulan. Contoh obat yang digunakan antara lain bedaquiline, levofloxacin, atau streptomycin.
Oleh karena itu, kepatuhan pasien dalam pengobatan sangat diperlukan. Hal ini untuk menghindari risiko gagal pengobatan, jangka pengobatan lebih lama, atau kebal obat.
Selama masa pengobatan, pasien juga harus menjalani pemeriksaan rutin untuk memantau keberhasilan pengobatan.