Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar ketika seseorang menghirup percikan ludah (droplet) saat penderita TBC batuk, berbicara, bersin, tertawa, atau bernyanyi.
Meski demikian, penularan TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan cukup lama dengan penderita. Makin lama seseorang berinteraksi dengan penderita TBC, makin tinggi pula risikonya tertular. Oleh sebab itu, penularan lebih sering terjadi pada anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita TBC.
Pada penderita TBC yang tidak mengalami gejala (TBC laten), bakteri TBC tetap tinggal di dalam tubuhnya. Bakteri TBC dapat berkembang menjadi aktif jika daya tahan tubuh penderita melemah. Namun, penderita TBC laten ini tidak menularkan bakteri penyebab TBC ke orang lain.
Meski TBC dikategorikan sebagai penyakit menular, penularan penyakit ini tidak secepat pilek danĀ flu. Namun, ada beberapa kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC, yaitu:
- Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh
- Petugas medis yang sering merawat penderita TBC
- Orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak
- Pengguna NAPZA
- Penderita penyakit ginjal stadium lanjut
- Orang yang mengalami kekurangan gizi
- Penderita kecanduan alkohol
- Perokok
- Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, orang yang menjalani transplantasi organ
- Orang yang sedang dalam terapi obat imunosupresif, misalnya penderita lupus, psoriasis, rheumatoid arthritis, atau penyakit Crohn