Diagnosis konstipasi diawali dengan melakukan tanya jawab terkait gejala yang dialami, pola hidup, dan riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya, dokter akan memeriksa tanda-tanda vital pasien, termasuk tekanan darah dan suhu tubuh.
Dokter juga akan mendengarkan suara di dalam perut menggunakan stetoskop dan meraba bagian perut untuk mendeteksi rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, dan benjolan.
Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh, seperti hormon tiroid, dan kadar kalsium
- Foto Rontgen, untuk mendeteksi tinja di dalam usus atau penyumbatan dalam usus
- Kolonoskopi, untuk memeriksa kondisi usus dan rektum menggunakan selang lentur berkamera (kolonoskop)
- Manometri anorektal, untuk memeriksa koordinasi otot yang menggerakkan anus, dengan memasukan balon kecil menggunakan selang lentur, kemudian menariknya kembali
- Defecography atau foto Rontgen rektum dengan barium, untuk mendeteksi gangguan pada fungsi otot rektum dengan memasukkan barium ke dalam rektum kemudian meminta pasien mengeluarkannya seperti sedang BAB
- MRI defecography, yaitu sama dengan defecography tetapi menggunakan bantuan teknologi MRI
- Pemeriksaan waktu transit kolon, untuk mengukur waktu pergerakan makanan di dalam usus, dengan meminta pasien menelan pil yang dilengkapi perekam atau zat penanda yang pergerakannya di dalam usus akan diamati selama 24–48 jam menggunakan foto Rontgen