Langkah pertama untuk mengobati insomnia adalah mencari tahu dan mengatasi penyebab insomnia. Jika insomnia disebabkan oleh penyakit tertentu, dokter akan bekerja sama dengan dokter spesialis lain yang dapat mengatasi penyakit tersebut.
Selain mengobati penyebabnya, dokter juga akan menyarankan pasien untuk menjalani pola hidup sehat dan menerapkan kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dilakukan dalam sleep hygiene adalah:
- Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap harinya agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur teratur
- Mengutamakan tidur daripada aktivitas yang lain jika sudah masuk waktu tidur
- Menghindari tidur pada siang hari atau membatasinya agar tidak mengganggu jam tidur pada malam hari
- Membuat jadwal rutin menjelang waktu tidur agar tubuh rileks, seperti memasang pencahayaan yang redup, mendengarkan musik slow atau white noise, serta tidak menonton televisi atau memainkan gawai, seperti handphone atau laptop
- Menjalani kebiasaan sehat, seperti berolahraga teratur, tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol, tidak mengonsumsi minuman berkafein pada sore dan malam hari, serta tidak makan terlalu malam
- Tidak melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang berat dekat dengan waktu tidur
- Menggunakan penutup mata dan penutup telinga bila perlu
- Memilih ranjang, bantal, dan selimut yang nyaman jika memungkinkan
- Mengatur suhu ruangan yang tepat sesuai kebutuhan
- Menggunakan aroma terapi dari bunga lavender
- Menggunakan obat tidur, misalnya melatonin, dengan efek yang ringan (untuk sementara)
Bila pasien tetap mengalami insomnia, dokter akan menambahkan konseling dalam bentuk terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I), pemberian obat-obatan, atau kombinasi dari keduanya.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing metode pengobatan insomnia:
Terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I)
CBT-I bertujuan untuk membantu pasien insomnia mengubah pikiran dan perilaku negatif yang membuat pasien sulit tidur. Terapi insomnia ini adalah pilihan utama untuk mengobati insomnia karena lebih efektif dibandingkan dengan pemberian obat-obatan. Sejumlah metode dalam CBT-I antara lain:
-
Teknik relaksasi
Teknik relaksasi dilakukan dengan cara mengatur napas agar lebih rileks. Melalui terapi ini, pasien akan dilatih untuk mengurangi perasaan cemas atau mengelola stres yang dapat mengganggu tidur. -
Terapi kontrol stimulus
Terapi ini melatih pasien agar hanya menggunakan kamar tidur untuk tidur atau berhubungan intim. Pasien juga dianjurkan untuk meninggalkan kamar tidur bila tidak bisa tidur dalam waktu 20 menit dan hanya kembali ke kamar jika sudah mengantuk. -
Paradoxical intention
Paradoxical intention membiasakan pasien agar tidak terus berpikir dan berharap untuk cepat tertidur saat berada di kasur. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi rasa cemas dan khawatir tidak bisa tidur yang justru akan membuat tidur lebih sulit. -
Fototerapi
Fototerapi bertujuan untuk menormalkan jam tidur pada pasien yang tidur terlalu cepat pada malam hari dan bangun terlalu dini pada pagi hari. Dalam fototerapi, pasien akan disinari dengan sinar UV selama 30–40 menit setelah bangun tidur.
Obat-obatan
Metode lain untuk mengatasi insomnia adalah dengan pemberian obat-obatan, misalnya estazolam. Umumnya, dokter tidak menyarankan penggunaan obat tidur lebih dari beberapa minggu. Beberapa obat tidur, misalnya nimetazepam, hanya boleh digunakan sebagai bantuan sementara untuk mengatasi insomnia yang berat. Namun, ada beberapa jenis obat yang dapat diresepkan dokter untuk digunakan dalam jangka panjang, seperti:
- Zolpidem
- Zaleplon
- Ramelteon
Perlu diketahui bahwa penggunaan obat tidur dapat menimbulkan efek samping berupa pusing dan meningkatkan risiko pingsan. Oleh sebab itu, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan obat tidur untuk insomnia.
Penting untuk diingat, jangan menggunakan obat bebas yang mengandung antihistamin atau obat mabuk perjalanan untuk membantu Anda tidur. Penggunaan obat tersebut dalam jangka panjang bisa menimbulkan efek samping, seperti pusing, sulit buang air kecil, dan penurunan fungsi kognitif.