Insomnia merupakan jenis gangguan tidur yang disebabkan oleh banyak kondisi. Salah satu penyebab insomnia adalah hal-hal yang memicu stres, misalnya masalah dalam pekerjaan atau keuangan. Stres juga bisa disebabkan oleh peristiwa duka, contohnya kehilangan orang yang dicintai.
Insomnia ringan biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari setelah penderitanya beristirahat dengan cukup. Namun, insomnia bisa menjadi kondisi serius dan perlu ditangani bila berkaitan dengan gangguan mental, restless legs syndrome, atau penyakit tertentu.
Beragam Penyebab Insomnia
Insomnia dapat terjadi karena banyak kondisi atau penyakit, antara lain:
- Faktor genetik, misalnya memiliki beberapa anggota keluarga yang juga mengalami gangguan tidur, terutama insomnia
- Kebiasaan buruk yang dilakukan sebelum tidur, seperti makan banyak atau dekat dengan waktu tidur; bermain ponsel sampai larut; serta bekerja atau menonton televisi di kamar tidur
- Stres, misalnya akibat kematian orang terdekat, perceraian, atau kehilangan pekerjaan
- Faktor lingkungan atau kamar tidur, seperti suara bising, lampu yang terlalu terang, maupun suhu yang terlalu dingin atau malah terlalu panas
- Jadwal tidur yang berubah, misalnya karena pergantian jam kerja, tidur sore atau siang yang lama, atau jet lag
- Gangguan mental, yang bisa berupa gangguan kecemasan, post-traumatic stress disorder (PTSD), bipolar, atau depresi
- Perubahan hormon, misalnya pada hipertiroidisme, kehamilan, atau wanita yang sudah menopause
- Nyeri kronis, misalnya akibat radang sendi (artritis), fibromyalgia, atau nyeri punggung
- Kondisi yang membuat sering buang air kecil pada malam hari, misalnya akibat pembesaran prostat atau diabetes
- Gangguan pencernaan, misalnya GERD, yang menyebabkan perut terasa panas dan penuh saat berbaring sehingga menganggu tidur
- Gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis, yang dapat menyebabkan batuk, mengi, atau sesak napas pada malam hari
- Penyakit saraf, misalnya penyakit Parkinson atau penyakit Alzheimer, yang menimbulkan gangguan pada zat kimia otak yang mengendalikan rasa kantuk dan tidur
- Gangguan tidur, seperti restless leg syndrome dan sleep apnea, karena gejala kondisi tersebut umumnya terjadi pada malam hari sehingga bisa mengganggu waktu tidur
- Pola hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, kecanduan minuman beralkohol, penyalahgunaan NAPZA, atau kurang aktivitas fisik
- Banyak mengonsumsi minuman berkafein, apalagi pada sore hari
- Efek samping obat, misalnya antidepresan, seperti fluoxetine; dekongestan; teofilin; methylphenidate; atau obat yang mengandung kafein, seperti pereda nyeri; atau modafinil
Faktor Risiko Insomnia
Insomnia dapat terjadi pada siapa saja, tetapi ada faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, yaitu:
- Faktor genetik, misalnya memiliki beberapa anggota keluarga yang juga menderita insomnia
- Jenis kelamin wanita, karena bisa mengalami perubahan hormon akibat menstruasi, menopause, atau kehamilan
- Usia di atas 60 tahun, karena kondisi kesehatan dan pola tidur yang berubah seiring pertambahan usia
- Gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental, terlebih yang sudah berlangsung lama (kronis)
- Mudah terganggu oleh suara, cahaya, atau gerakan kecil saat tidur
- Takut atau cemas untuk tidur, misalnya akibat sering mimpi buruk
Kebanyakan kasus insomnia tidak berbahaya dan akan membaik setelah tidur dengan cukup dan berkualitas. Namun, bila insomnia terjadi terus-menerus atau sangat mengganggu sampai menurunkan produktivitas, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
Agar mendapatkan jawaban yang cepat dan akurat, Anda bisa memanfaatkan fitur Chat Bersama Dokter. Dokter akan memberikan saran untuk meningkatkan kualitas tidur atau memberi rujukan ke dokter spesialis di rumah sakit terdekat bila insomnia diduga terjadi akibat gangguan medis tertentu.